⛔Warning: Upaya menyakiti diri sendiri dan percobaan bunuh diri⛔Suara dari detik jam yang ada di dinding tidak dihiraukan oleh Wonwoo yang tenggelam dalam kesedihan dan kesepian. Hatinya hampa dibawa pergi oleh Kai hingga ke liang lahat, ia kebingungan dengan alasan lain untuk tetap berada di dunia ini.
Chan dan Dika terus-menerus bergantian menjaganya selama beberapa hari, namun sudah hampir dua bulan berlalu sejak hari berkabung itu. Tetapi luka itu tidak juga mereda sakitnya, perih dan nyeri itu tetap sama.
Wonwoo memejamkan matanya sambil berbaring, ia mendengar suara mesin penyemprot pewangi ruangan. Lalu aroma apel segar menyebar, hati Wonwoo berdesir lagi dan lagi—seolah memberitahunya bahwa hal itu terus terkikis, semakin Wonwoo mencari jawabannya semakin ia menyadari dibalik debu perasaan dan mimpi; sudah tidak ada yang tersisa.
"Uhk...."
Ia menahan isakan itu dengan kedua telapak tangannya, ia tidak ingin membuat siapapun merasa khawatir lagi. Karena itu Wonwoo menahan itu seorang diri, tentang luka dan penyesalan yang tidak pernah dimengerti oleh orang lain. Ingatan akan saat penjelasan Dokter yang menangani Kai kembali berputar di kepala Wonwoo.
"Anak Kai rupanya memiliki komplikasi hati dan ginjal yang hampir berada di tahap yang cukup berbahaya... Penggunaan beberapa jenis obat akan membuat nak Kai memicu komplikasi lain, namun kami kehabisan waktu untuk menyelamatkan nak Kai."
Wonwoo ingin sekali memukul wajah Dokter itu saat ia mendengarnya, Jeonghan yang kehilangan kesadarannya karena tidak dapat menerima kabar itu membuat Wonwoo harus menguatkan hatinya. Namun bayangan bagaimana hari-hari dirinya menghindari Kai untuk memuaskan egonya, semua itu telah menjadi hantu yang mengganggu tidur Wonwoo selama berbulan-bulan.
Tersadar dari lamunannya, akhirnya Wonwoo mencoba bangkit dari posisi berbaringnya. Ia membawa tubuhnya yang ringkih itu ke arah ruang tengah rumah yang dihuni oleh ia dan ketiga adiknya selama empat bulan ini. Rumah sederhana dengan cat berwarna gading, tidak ada hal spesial di rumah ini. Namun Wonwoo pernah bermimpi mengajak Kai untuk bermain di rumah ini, mengajaknya menenggok kebun sayur yang dibuatnya di halaman depan dan memasak beberapa makanan bersama—tapi mimpi itu tidak akan pernah terwujud dengan keadaan saat ini, juga sikap Wonwoo di masa lalu.
Sebuah kehilangan baru terasa saat sesuatu itu telah menjauh dari genggaman, ternyata ucapan itu benar adanya. Wonwoo tidak tahu dirinya akan ditinggalkan dengan cara seperti ini, secepat ini—hatinya tidak pernah siap dengan perpisahan.
Tubuh Wonwoo limbung dan tangisnya pecah, airmatanya berjatuhan sambil terus memanggil nama Kai berulang kali, mengucapkan permintaan maaf beribu kali, ia ingin mengulang waktu jika dirinya diberi kesempatan. Mungkin ia akan menjadi seorang Senja yang lebih berani, lebih mau jujur pada perasaannya namun apa semua itu bisa benar-benar terwujud? Di saat semuanya sudah menjadi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[meanie au on twitter] white lily on bed ✔
Fanfiction[khusus untuk bagian narasi dari AU sosmed by arskwatty] Mingyu telah menikah dengan Minghao, ikatan janji itu dibuat karena mereka saling mencintai. Namun kala Wonwoo datang untuk menyelesaikan masalah, konflik tidak dapat dihindari. Takdir yang te...