Bab 44. Mereka Ada di Dunia Nyata

73K 8.1K 783
                                    

Hmmm..

(playlist : Utopia - Antara Ada dan Tiada)

Gue kasih yang plot twist di Bab ini.

Inget Bab 23. Mirip Alta? nggak??

Nih.

Selamat menebak-nebak.

Mungkin kalian akan sedikit bingung karena belum baca Alta dan Allamanda tapi.. nikmati aja alurnya.

Tandai typo ya!

--------------------------------------------------

Bab 44. Mereka Ada di Dunia Nyata

 Mereka Ada di Dunia Nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"ADA apaan sih?!" tanya Samuel sedikit berteriak. Kerasnya musik membuatnya harus mengeluarkan suara ekstra. Pandangannya tertuju pada Liam yang mulai terusik dengan keributan di dekat mereka. Liam hanya menggeleng tidak tahu karena kenyataannya memang begitu. Apalagi, Liam tipikal orang yang cuek dan malas untuk kepo urusan orang. Mereka hanya tinggal berdua karena Bennedith sudah berbaur dengan yang lainnya.

Suara teriakan dan benda-benda jatuh seolah menyatu dengan dentuman musik. Menggambarkan jelas jika sedang terjadi keributan. Beberapa orang mulai berlarian keluar beberapa lagi memilih berdesakan menonton asal keributan tersebut.

Samuel memijit pelipisnya begitu mendengar umpatan dan dan teriakan kasar bersahutan. Kepalanya yang mulai pusing, jadi tambah pusing. Ia sudah menghabiskan beberapa gelas vodka malam ini. Tidak begitu banyak, buktinya ia masih sadar keadaan sekitar. Tapi, tetap saja keributan itu malah membuatnya semakin penat.

"Kenapa, Ben?" tanya Liam saat Bennedith sudah kembali.

"Bams ribut sama Raskal. Biasa, masalah cewek," jawab Bennedith. Ia mendudukkan dirinya di sofa, mengambil satu gelas wine miliknya yang sempat ditinggal tadi kemudian meneguknya hingga tandas.

"Raskal anak Advent itu?"

"Hm, mantan adeknya si Vero. Siapa dah namanya?"

"Alinka," sahut Samuel dengan nada kesal. Ia sudah gedeg dengan perbincangan kedua temannya. Bennedith kalau pertanyannya tidak dijawab akan cerewet dan tanya terusan sampai dapat jawabannya.

"Nah iya, Linka."

Bennedith tersenyum kecil, kepalanya mulai mengingat-ingat masa sekolah menengah pertamanya dulu. Ia menyesap rokoknya dan menghembuskan asapnya perlahan. Dulu, ia dan Samuel tidak begitu dekat waktu SMP. Begitupula dengan Liam. Padahal, mereka di satu sekolah yang sama. Hanya saja, mereka beda kelas apalagi Samuel merupakan kakak kelasnya dulu.

RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang