Samuel menyimpan terlalu banyak luka.
Papanya berselingkuh. Mamanya memilih mengakhiri hidup. Saat dewasa, ia dipaksa tunduk pada tuntutan dan perjodohan yang tak pernah ia inginkan.
Lalu datang Lyodra. Siswi baru yang diam-diam menyimpan satu fakta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"LYODRA!"
Panggilan itu membuat Lyodra segera menutup pintu loker kemudian menoleh. Sekitar lima meter di depan, Nuca berjalan ke arahnya. Lelaki itu nampak sangat sumringah membuat Lyodra menaikkan sebelah alisnya bingung.
Sebenarnya bukan hal yang asing lagi ketika lelaki itu tiba-tiba muncul, berbuat baik seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Padahal, masih jelas di kepala ketika Nuca enggan menerimanya kembali waktu itu. Menyuruhnya menjauh secara terang-terangan, memandangnya sebelah mata seperti yang lain, bahkan menganggapnya sesuatu yang berbahaya. Yang harus dijauhi.
Tapi, waktu cepat sekali berputar. Terasa tiba-tiba. Iya, tiba-tiba. Nuca mulai datang kembali dengan senyum hangatnya. Merangkulnya dengan janji-janji sebagai sandaran jika suatu saat ia butuh untuk menumpahkan keluh. Siapa bilang, di dunia ini yang aneh dan tidak dapat ditebak maunya cuma perempuan. Lelaki sama saja. Penuh teori rumit yang sulit dipecahkan. Seperti Nuca misalnya.
Anehnya, rasa itu seperti tidak berkurang. Serumit apapun Nuca, Lyodra tidak bisa berlama-lama bersikap biasa saja. Bahkan, ketika Nuca sudah berada di depannya. Ia menahan dirinya mati-matian agar tidak terbawa suasana.
Lyodra sudah tidak memikirkan apapun, termasuk Samuel yang sejak tadi berada di dekatnya. Menemaninya, menunggunya hingga selesai ganti baju tadi. Persetan dengan Samuel, Nuca mengalihkan semuanya. Padahal, inginnya adalah menjauh dan tidak berurusan lagi dengan lelaki itu.
"Ly?" panggil Nuca sambil melambai-lambaikan tangan di depan wajah Lyodra. Gadis itu mengerjapkan matanya kemudian menatap Nuca.
"Ya, kak?"
"Besok sore ke rumah ya, Ly," kata Nuca. Ia tersenyum, lelaki itu berlaku seolah tidak mengetahui keberadaan Samuel. Bahkan, ketika Samuel meraih sebelah tangan Lyodra, Nuca tidak peduli. Dengan santai ia menyodorkan invitation card berwarna cream ke arah gadis di depannya itu. "Besok ulang tahun Sinka," lanjutnya.
Lyodra meneliti undangan tersebut, kemudian kembali menatap Nuca. Ia melihat sorot hangat di mata lelaki itu, sama seperti tahun-tahun yang lalu. Saat mereka masih sama-sama lugu dan tidak memikirkan apapun termasuk untuk saling mencinta.