Samuel itu banyak lukanya.
Papanya selingkuh, mamanya meninggal bunuh diri, pas dewasa malah dijodohin dan dituntut ini itu.
Lalu, pertemuannya dengan siswi baru bernama Lyodra membawanya pada satu fakta bahwa ; gadis itu anak dari selingkuhan papan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bukan berubah, aslinya memang begitu.
***
"LO mau nitip makan?"
Lyodra otomatis mengangkat pandangannya, ia melihat Ziva masih berdiri di sisi meja. Gadis itu nampak menunggu jawaban atas pertanyaan yang terlontar tadi. Jika ditanya apakah hubungannya dengan Ziva baik, maka Lyodra akan menjawabnya 'mungkin'.
Ziva masih mau menyapanya, sesekali menanyakan kabar ataupun beberapa hal meskipun tidak berakhir obrolan panjang, seperti tadi misalnya.
Temannya satu itu masih baik. Meskipun hubungan mereka renggang dan tidak seperti dulu. Apalagi dengan Keisha. Keisha benar-benar mendiamkannya. Tidak lagi peduli, dan mungkin sangat membencinya sekarang. Lihat saja, jika Ziva menawarkan titipan padanya, Keisha sudah hilang di balik pintu. Menuju kantin karena jam istirahat sudah berbunyi sejak tiga menit lalu
Setelahnya, Ziva berlari menyusul Keisha. Tubuh kecilnya sangat gesit, tidak sampai sepuluh detik sudah melesat keluar dan hilang.
Lyodra langsung mengemasi barang-barangnya di meja kemudian mengeluarkan bekalnya. Akhir-akhir ini ia memang sering masak, untuk sarapan dan bekal. Sudah menjadi rutinitas sebenarnya apalagi, hampir setiap pagi Samuel mampir untuk makan sekaligus menjemputnya berangkat sekolah.
"Lyodra, ke kantin yuk!"
Lyodra menghentikan gerakan tangannya untuk membuka kotak makan lalu menoleh. Ia mendapati Bennedith sudah duduk di bangku Keisha dan nyengir lebar menatapnya.
Senyuman lelaki itu luruh begitu melihat kotak bekal bertengger di atas meja. "Yaahh, lo bawa bekal ya."
"Iya," jawab Lyodra singkat. Ia bingung harus menjawab apa karena sudah jarang bertegur sapa dengan lelaki itu. Terlebih Samuel melarangnya untuk dekat dengan teman-temannya.
"Lo bawa bekal apaan, Ly. Lihat dong!"
"Eh?" Lyodra sedikit kikuk. Apalagi, Samuel sudah berdiri di samping Bennedith. Ia perlahan membuka bekalnya lalu menyodorkannya pada Bennedith.
Lelaki itu melongok dan melihat isinya, dari ekspresinya nampak kagum. Terbukti sekarang Bennedith meraih bekalnya dengan semangat. "Bekalnya buat gue dong, Ly. Sekali-kali gitu," kata Bennedith.
"Hah?"
"Masa Samuel aja yang dibikinin bekal, gue nggak." Bennedith bersedekap dan menatap Lyodra. "Lagian, udah lama nih kita nggak ngobrol bareng gini. Posessif banget Samuel nggak bolehin gue deket-deket," adunya.