"PERGI!! Mulai saat ini gue bukan sahabat lo lagi!!! LO JIJIK! GUE KECEWA SAMA LO! GUE MUAK SAMA LO! GUE BENCI SAMA LO!"
Kata-kata yang menggores luka di hati.
⭐⭐⭐
"PIA BUKA PINTU PIA! PLEASE!" Sin terus mengedor pintu kamarnya sendiri. Namun, Pia tak menghiraukannya hanya tangis isak yang terdengar.
"PIA, buka pintu dulu. Kaki lo terluka!" Marvel juga bersuara.
"Pia, lo salah paham Pia! Buka pintunya dulu gue jelasin!" Sin masih tak mau menyerah. Kamar pintunya masih terus digedor.
Pia akhirnya membukakan pintu, karena suara gedoran pintu sangat berisik. Kedua sehabat itu saling beradu tatap ketika pintu terbuka. Mata mereka berdua sama-sama sembab dan memerah. Dengan sikap acuh tak acuh, Pia membiarkan sang pemilik kamar masuk ke dalam kamarnya tanpa berkata pun yang disusul oleh Marvel.
"PIAA!! Astaga kaki lo merah, udah siram air dingin belum? Sakit gak? Udah mulai melepuh nih." Sin tampak khawatir, langkahnya untuk pergi mencari obat terhenti saat tangannya ditarik kembali oleh Pia.
Pia menunjuk hatinya. "Sini ... beratus kali lipat lebih sakit daripada luka bakar ini," ucapnya lirih.
"Pia ... gue minta maaf. Gue bisa jelasin kejadian tadi. Tadi gue hampir diculik ama orang yang nyamar dan Marvel datang nolongin. Lo tau gak betapa takutnya gue saat itu? Gue kira malam ini gue udah gak bisa balik lagi ke sini," ucap Sin. Bibirnya bergetar membayangkan kejadian tadi malam yang menimpahnya. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing memikirkannya. Marvel dengan sigap menopang badannya, Sin mencoba untuk menepis namun tubuhnya terasa sangat lemah dan lelah saat ini. Dia tidak bertenaga lagi.
"Oh? Terus kenapa harus Marvel yang nolongin lo? Kenapa nggak Jimmy, Michele atau orang lain? Apa kebetulan ini sengaja lo ciptakan?" tuding Pia. Ekspresi sedihnya tadi kini berubah menjadi marah. "Lo bilang lo gak bakalan suka ama Marvel. Tapi buktinya apa!" Pia menunjuk tangan Marvel yang menopang badan Sin dengan hati yang panas. Sin berusaha untuk melepaskan tangan Marvel. Namun, Marvel justru menggenggamnya semakin erat.
"MARVEL! AWASIN TANGAN LO DARI SIN!! PIA CEMBURU!!" ucap Pia menggebu-gebu. Tangannya hendak memisahkan mereka, namun gagal karena ditepis oleh Marvel.
"Pia, cukup! Gue selama ini nggak pernah ada rasa apa-apa sama lo. Gue bisa pacaran ama lo hanya karena ide dari Michele. Gue terpaksa turuti biar dapat bukti video lo dibuli. Gue nggak ada niat buat bukain hati gue ke lo. Karena hati gue hanya muat satu orang aja dan itu adalah Tya. Nggak akan berubah!"
"MARVEL!! Lo jangan ngomong begitu!!" pintah Sin.
"HAHAHAHA ...." Pia ketawa palsu. Dia merasa dirinya adalah orang terlucu di dunia ini. Dia mengira bahwa dirinya ada kesempatan untuk masuk ke dalam hati Marvel. Ternyata salah besar. Malah berkat bantuan Michele, dirinya baru punya kesempatan ini. Benar kata Michele, selama ada Sin, dirinya tidak akan pernah mendapati Marvel.
"Awas Marvel, lepasin tangan lo ...." Sin berusaha sekuat tenaga untuk melangkah lebih maju. Dia ingin memeluk sahabatnya itu, namun hanya sebuah usiran yang dia terima.
"PERGI!! Mulai saat ini gue bukan sahabat lo lagi!!! Gue kecewa sama lo! Gue muak sama lo! Lo jijik! Di depan gue bilang gak bakalan suka, di belakangnya lo peluk-pelukan sama cowo gue. Gue benci sama lo," ucap Pia dengan penuh emosi.
Nyes ....
Pekataan Pia menghasilkan damage besar baginya. Hati Sin sakit seperti tergores. Apakah benar Pia sebegitu benci terhadap dirinya? Semarah apa pun Pia, dia tidak akan mengucapkan kata-kata seperti itu. Sin tertegun, tindakan dia dan Marvel pasti sangat amat menyakiti hatinya. "Pia ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star of Hollywood
Novela JuvenilSiapa yang tidak kenal dengan Chintya Lauren? Seorang aktris dan model blasteran, memiliki darah Eropa di dalam darahnya. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, ia berhasil memejengkan namanya di berbagai film, drama maupun iklan di Indonesia. Meski demi...