"Jelas sama-sama dan saling rindu, tapi enggan mengakuinya."
⭐⭐⭐
Satu bulan berlalu.
Sejak berita Marvel dan Pia berpacaran dan balikan terekspos ke publik, Marvel sangat berhati-hati dalam menjalankan hubungannya dengan Pia jika berada di publik. Sesekali ia membawa Pia pergi nonton, makan, dating seperti halnya yang dilakukan oleh sepasang kekasih. Tentunya tindakan itu untuk memberikan citra yang baik baginya. Dia mulai mendapat banyak komentar positif dari netizen kalau ia adalah pacar yang romantis dan perhatian.
Sedangkan Sin, sibuk dengan aktivitasnya seperti biasa. Syuting, syuting, dan syuting. Ia bahkan sengaja padatin jadwalnya supaya dapat melupakan Marvel. Tidak ada lagi kopi dari Marvel, tidak ada lagi masker mata dari Marvel, tidak ada lagi kaset dari Mr. L, tidak ada lagi yang menghiburnya di saat ia sedih. Marvel menjadi sosok pria yang dingin terhadapnya. Sikapnya berubah sejak dia balikan dengan Pia. Ya, ini memang resiko dan pilihan Sin sendiri. Sin tidak pernah menyalahkan siapa-siapa. Ini semua dilakukan demi sahabatnya, Pia. Pengorbanannya tak sia-sia. Pia mulai berbicara dengannya walau tak secerewet dulu dan hanya berbicara seperlunya.
Di luar itu, hal yang bikin Sin kaget adalah sikap Putri dan Ratih. Mereka tiba-tiba mendekati Sin yang sendirian saja saat jam istirahat. Mengajaknya ngobrol dan mencoba untuk berteman dengannya. Ya, lebih baik tambah teman daripada musuhkan? Tanpa disadari, Putri dan Ratih ternyata orang yang baik juga. Untung ada Putri dan Ratih, setidaknya untuk mengobati rasa kangennya terhadap sahabatnya Pia.
Kalau Jimmy, semakin terlarut dengan game-nya. Cintanya terhadap Pia dihempaskan ke dalam game. Diam-diam dia main game simulasi kencan, karakternya dinamakan Pia. Sesekali membayangkan dirinya berpacaran dengan Pia. Cintanya terhadap Pia masih belum berkurang saat ini. Setia sekali bukan? Bahkan, dia terpaksa harus menjauhi Sin karena Pia menuntutnya.
Hari ini adalah hari terakhir UTS semester ganjil. Menjelang tahun terakhir berstatus murid seragam putih abu tampaknya mereka menikmati masa-masa SMA-nya dengan canda tawa.
"Sin, gimana ujiannya hari ini, bisa nggak?" tanya Putri begitu ujian selesai. Dia dan Ratih menarik bangku yang kosong ke meja Sin dengan kotak makan di tangan.
"Udah dimaksimalkan, moga-moga nilainya memuaskan."
"Kasihan banget lo. Kemarin syuting seharian, malamnya masih harus belajar." Kali ini Ratih bersuara.
"Kalian sendiri gimana?" tanya Sin balik.
"Gue udah belajar sesuai rumus yang lo kasih, tapi tetap aja tadi nggak bisa," jawab Ratih sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ratih mah! Kalau taekwondo nomor satu, kalah Matematika nomor terakhir," pungkas Putri.
"Makanya jangan macem-macem ama gue, gue salto lo!"
Putri menjulurkan lidahnya, nggak takut. Entah kenapa, Sin membayangkan Ratih adalah Jimmy, sedangkan Pia adalah Putri. Ia kangen suasana itu, suasana di mana Jimmy dan Pia berantem seperti Tom and Jerry. Sin melirik ke arah bangku Pia yang kosong. Sejak ujian selesai, gadis itu langsung ngacir ke kantin bersama sang pacar dan Jimmy. Jimmy sempat ajakin Sin, namun Sin menolaknya karena tidak ingin melihat Pia dan Marvel berpacaran.
"Sin ... bengong aja lo." Putri membubarkan lamunan Sin.
"Ah ... yuk ah makan," ajak Sin. Ia mulai membuka kotak makannya disusul Putri dan Ratih.
"Kuy. Put gue minta ayam goreng lo dong!!"
"Enak aja! Rakus bener lo, Rat! Belilah di kantin."
"Gue comot punya lo aja, lo kan mau body lo aduhai."
![](https://img.wattpad.com/cover/165055663-288-k505193.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star of Hollywood
Ficção AdolescenteSiapa yang tidak kenal dengan Chintya Lauren? Seorang aktris dan model blasteran, memiliki darah Eropa di dalam darahnya. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, ia berhasil memejengkan namanya di berbagai film, drama maupun iklan di Indonesia. Meski demi...