12. Kantin dan Persiapan Ulangtahun ⭐

194 105 32
                                    

"Gapapa hatiku terluka, yang penting sahabatku bisa bahagia."

⭐⭐⭐

Hari ini di sekolah, jam istirahat. Sin menemani Pia dan Jimmy ke kantin mencari makan. Sin sendiri telah membawa bekal.

"Makan apa ya, Jim?" tanya Pia sambil melihat kiri kanan. Nasi uduk Bu Tiwi tampak enak, tapi wangi nasi goreng Pak De mengoda.

"Gue mau nasi uduk aja deh," jawab Jimmy setelah memutuskan pilihannya.

"Gue juga deh," ikut Pia.

"Bu nasi uduknya dua ya," ucap Jimmy ke Bu Tiwi.

"Okay," Bu Tiwi segera menyiapkan dua porsi nasi uduk dan menyerahkannya ke Pia dan Jimmy.

"Nih Bu uangnya, sekalian punya Pia." Jimmy membayar makanannya.

"Asik ditraktir si Jimmy," ucap Pia girang.

"Sin lo mau gak?" tanya Jimmy ke Sin.

"Udah bawa bekal," jawab Sin menunjukkan bekalnya.

"Oh iya lupa. Makasih, Bu Tiwi," kata Jimmy sambil menerima uang kembalian.

"Yuk ...," ajak Pia tidak sabar. Ia melihat Marvel lagi makan nasi goreng bersama Tiyo dan beberapa orang lainnya di 1 meja.

"Pasti mau samperin Marvel lagi," bisik Jimmy ke Sin. Mereka mengikuti langkah Pia dan sesuai dengan tebakan Jimmy, kaki mereka terhenti di meja Marvel. Teman-teman Marvel segera memberikan tempat kosong di sebelah Marvel dengan maksud memberikannya kepada Sin, namun Pia yang duduk di sana. Jimmy dan Sin akhirnya duduk di tempat lain karena tempat Marvel sudah penuh.

"Tuh lihat deh si Pia deketin Marvel lagi," bisik Ratih, teman Putri. Putri adalah sang primadona di sekolah yang diam-diam mengincar Marvel.

"Paling juga nanti diusir," jawab Putri santai.

10 menit kemudian, Pia tampak ngobrol asik dengan Marvel, dan kawan-kawan. Walau kebanyakan Pia yang bercerita dan Marvel lebih banyakan diam sih.

"Belum diusir, loh! Perlu gue usir tuh lalat pakai jurus taekwondo yang baru gue pelajarin kemarin?" Ratih memiliki sabuk hitam di dunia taekwondo.

"Nggak usah, tuh lo lihat ada temannya disana," ujar Putri sambil melirik ke arah Sin dan Jimmy. Ya, Putri takut bermasalah dengan selebritas, maka itu belum pernah mengusik Pia. Walau dia merasa dongkol melihat Pia tiap hari bagaikan lalat yang terbang di sekitar Marvel.

"Nggak usah takut kali," ucap Ratih.

"Gue takut diserang fans-nya, di sekolah ini kan banyak fans-nya juga. Jangan cari gara-gara dulu. Tunggu temannya nggak ada baru kita habisin si lalat," kata Putri sambil tersenyum licik.

Di lain sisi, meja Sin dan Jimmy ....

"Hei ... bengong aja," tegur Sin melihat Jimmy yang bengong lihatin punggung Pia. Jimmy tertegun.

"Oh iya maaf," ucap Jimmy.

"Napa lo lihatin Pia mulu?" tanya Sin.

"Punggungnya indah ...," gumam Jimmy, Sin tidak mendengarnya karena suasana kantin yang berisik.

"YA??!" tanya Sin.

"Oh ... enggak lupakan aja. Yuk makan," ajak Jimmy.

"Yuk ah laper," Sin membuka kotak makannya.

"Lo mau ayam gak?" tanya Jimmy sambil memperlihatkan potongan ayam dipiringnya.

"Nggak ah ... gue nggak boleh makan goreng-gorengan gitu,"

The Star of HollywoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang