Nindy kembali terlambat hari ini, semalam dia terlalu asyik menonton dorama dan baru tidur lewat tengah malam. Dengan berlarian, setelah memarkirkan motor di depan pintu gedung utama, Nindy bergegas menuju mesin finger print. Terlambat.
Setengah ngos-ngosan, Nindy menyapa Bu Yenti yang lewat dan tersenyum padanya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Seperti biasa, Bu," ujar Nindy tanpa ditanya.
Agak heran, Nindy sama sekali tidak melihat teman-teman satu ruangannya saat itu. Nindy melanjutkan keluar gedung untuk memarkirkan motornya di parkiran belakang gedung utama.
Ketika masuk ke ruangan, Nindy dikejutkan oleh rapat dadakan yang tak pernah diinformasikan padanya sebelumnya. Seorang laki-laki dengan kemeja putih dengan bagian lengan yang dilipat beberapa centi di atas pergelangan tangan itu berdiri di tengah ruangan dan langsung menatap tajam mata Nindy. Pandangan dari semua pasang mata teman seruangannya sekarang tertuju kepada perempuan itu. Dan ngerinya, Nindy bisa melihat ketakutan di mata mereka. Apa yang terjadi?
Tak satupun dari teman-temannya berani bersuara.
"Selamat pagi," suara Nindy tertahan sambil memasang mata awas dengan kondisi sekitar yang tampak begitu menegangkan.
"Selamat pagi," akhirnya seorang teman ruangannya yang senior membalas salam Nindy dengan tatapan prihatin pada perempuan itu.
Nindy melewati laki-laki yang masih belum beranjak menatapnya dengan sedikit membungkuk. Tanpa diinginkannya langkahnya bergetar. Diletakkannya tas ransel di atas mejanya dan segera mengambil kursi, mengangkatnya perlahan dan tak ingin menimbulkan suara sampai vas bunga di atas mejanya tersenggol dan jatuh..
Prankkk...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Baru Kami
RomanceNindy kembali terlambat hari ini, semalam dia terlalu asyik menonton dorama dan baru tidur lewat tengah malam. Ketika masuk ke ruangan, Nindy dikejutkan oleh rapat dadakan yang tak pernah diinformasikan padanya sebelumnya. Seorang laki-laki dengan k...