Part 15

4.1K 227 0
                                    

Nindy masuk kantor nyaris terlambat pagi ini. Tidurnya tak nyenyak semalaman. 

Pak Malik tak terlihat di ruangan ketika Nindy hendak menghadap. Nindy penasaran ke mana bosnya itu pagi-pagi begini. 

"Nindy, kamu bisa ke rumah Pak Malik? Ada berkas yang harus segera ditandatangani," ujar Ratna, sekretaris kepala kantor.

"Emang Pak Malik tidak masuk kantor?" Nindy balik bertanya.

"Beliau sakit," jawab Ratna. 

Kenapa harus aku lagi?

"Apa tidak ada orang lain yang bisa dimintakan tolong?" tanya Nindy. Perempuan itu malas berurusan dengan Pak Malik. Apalagi mengingat kejadian semalam, Nindy rasanya tak punya muka untuk menyodorkan diri datang ke rumah bosnya itu.

"Aku tak tau rumahnya," tambah Nindy meyakinkan agar dia tak harus pergi.

"Tak ada yang tau rumah Beliau, Nindy. Coba kamu bantu tanya, yaa," Ratna memelas. 

Nindy tak tega melihat temannya itu kesulitan. Nindy sekilas melihat berkas yang dipegang Ratna, berkas-berkas terkait pembayaran. Memang harus segera.

Nindy mengangguk. Entah kenapa perempuan itu melakukannya. Entah kenapa dia mau.

Nindy memperoleh alamat Pak Malik dari bagian kepegawaian. Nindy tau lokasinya meskipun tidak tau pasti rumah tersebut. 

Nindy mengendarai motornya ke sana. Perumahan lama yang lumayan besar. Blok C20. Beberapa kali Nindy berhenti untuk mencari Blok C dan tibalah saat ini dia di depan rumah itu, rumah Pak Malik. Rumah putih berpagar putih. Mobil yang dikenalnya diparkir di carport. Tidak ada orang di luar, pintu rumahpun tertutup rapat. Nindy memarkir motornya di depan pagar dan mencoba mengintip kalau-kalau ada tombol bel di dekat sana. Tidak ada.

"Permisi," Nindy berteriak lebih ke dirinya sendiri karena suara yang dikeluarkan tentunya tidak terlalu keras sampai bisa didengar orang di dalam rumah. Nindy perlahan mendorong pagar ke sebelah kanan untuk membukanya.

Sebuah taman kecil di depan teras rumah, kolam ikan mungil yang tampak bersih memenuhi tidak lebih dari sebagian taman. Nindy tersenyum melihatnya. Siapa yang merawat taman dan kolam ini?

Nindy mengetuk pintu bercat putih tersebut dan mengucapkan salam. Tak berapa lama, pintu dibuka, wajah Pak Malik berada di depan Nindy.


Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang