Part 10

4.3K 223 0
                                    

Nindy bangkit dari kursinya, menjelaskan sambil berdiri di depan peserta rapat. Sesekali matanya menengol ke kanan atas, mengingat-ingat apa yang ditulisnya dalam laporan yang disampaikannya pada Pak Malik sebelumnya. Ada gunanya juga bos barunya itu memintanya mengulang laporan. Nindy jadi bisa lebih mengingat isinya.

Tepuk tangan membahana ketika Nindy selesai menjelaskan. Dengan tangan berkeringat dingin, Nindy kembali ke kursinya sambil menatap wajah bos baru yang menyebalkan itu. Nindy tak kan pernah tertipu untuk berangkat berdua dengan Pak Malik lagi tanpa tau alasan keberangkatannya seperti saat ini.

Pak Malik dan Nindy pulang dalam diam. Sepanjang perjalanan tidak satu patah katapun yang keluar dari mulut mereka. Sungguh kaku. Nindy berharap bisa segera sampai kantor agar dapat cepat terbebas dari kejemuan suasana seperti itu.

"Terima kasih untuk tadi," Tiba-tiba Pak Malik berbicara padanya.

Lampu merah menghentikan laju kendaraan yang dikendarai Pak Malik membuat bos barunya itu bisa dengan leluasa mengalihkan pandangan dan saat ini laki-laki itu sedang melihat ke arahnya. 

Nindy tersenyum, padahal seharusnya dia marah telah diperlakukan seperti tadi tetapi bagaimanapun juga Pak Malik adalah bosnya dan bos itu bebas. Bebas menindas bawahannya.

Mobil baru saja berhenti di parkiran, Nindy sudah tak sabar keluar dan menghirup udara segar. Berada di tempat sempit dan tertutup bersama bos yang baru dikenalnya dua hari itu sungguh tak membuat perempuan itu nyaman. 

"Terima kasih, Pak," Basa basi Nindy dan segera bergegas membuka pintu mobil di sebelahnya dan berlari keluar.

Sepanjang hari, Nindy beruntung tak berpapasan dengan bosnya lagi. Pak Malik tak sekalipun masuk ke ruangan mereka. Nindy merasa hidupnya jauh lebih tenang.

Esoknya, baru saja duduk di kursinya, mata Nindy menangkap sticky notes yang tertempel di layar komputernya.

Ke ruangan saya, SEKARANG!!





Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang