Part 14

4K 226 3
                                    

Nindy pulang cepat sore itu. Jam lima teng, perempuan itu langsung absen dan bergegas menuju parkiran. Nindy tak berharap bertemu dengan bosnya lagi, setidaknya sampai hari ini berakhir.

Nindy tak menghiraukan pesan Rio untuk mendatangi ruang Pak Malik. Nindy sedang tak ingin berbaik-baik dengan laki-laki itu. Dia hanya ingin segera pulang, mandi air hangat dan melupakan kenangan buruk tadi pagi.

Kringg

Ponsel Nindy berbunyi tak lama setelah perempuan itu menyelesaikan makan malamnya. Tulisan yang tertera di layar ponselnya adalah nama laki-laki yang sedang tak ingin diingatnya. Ada apa Pak Malik meneleponnya malam-malam begini?

Dengan berat, diangkatnya telepon tersebut.

"Halo?" Nindy berbicara sekenanya.

"Selamat malam," suara di seberang telepon terdengar jelas oleh Nindy. Suara laki-laki yang tadi pagi membentaknya. Suara laki-laki yang tak ingin didengar Nindy.

"Malam, Pak. Ada apa ya malam-malam begini?" Nindy memberikan penekanan pada kata malam berharap bosnya itu cukup tau diri menghubunginya di luar jam kantor.

"Kamu tidak ke ruangan saya tadi," pernyataan yang menggantung di telinga Nindy.

Lalu?

"Kamu tau saya sudah meminta Rio menyampaikan kalau kamu harus ke ruangan saya?" tanyanya.

"Saya sudah terinfo, Pak. Saya hanya belum bisa ke ruangan Bapak," jawab Nindy. Perempuan itu tidak berbohong, dia memang belum bisa bertatap muka secara langsung dengan bosnya itu.

"Kamu tau saya ini bos kamu?" Nada suara. laki-laki itu. meninggi. Nindy kembali teringat kejadian tadi pagi.

"Saya tau," Nindy mulai kembali tersulut emosi.

"Kamu tau. kalau kamu harus patuh?" tanya Pak Malik dengan masih tidak menurunkan volume suaranya.

"Saya akan patuh pada atasa  yang pantas disebut atasan.. " Pernyataan Nindy menggantung.

"Maksud kamu apa?"

Klikk

Nindy menekan tombol merah di ponselnya.

Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang