Part 31

3.3K 160 0
                                    

Rindu. kata itu yang berputar di pikirannya kala Nindy masuk sambil membawa laporan di tangannya. Wajah yang sama dan sepasang mata itu kini sedang menatapnya. Nindy membenci perasaannya sendiri karena sudah berpikiran berlebihan. Apakah aku memang ditakdirkan selalu memiliki cinta bertepuk sebelah tangan?

"Saya ingin menyampaikan laporan kegiatan workshop  yang diadakan dua hari lalu, Pak," ucap Nindy. Meskipun sangat ingin, Nindy tak lagi berani menatap mata itu. Perempuan itu takut kegilaannya semakin menjadi. Melanjutkan perasaan ini hanya akan melukainya seorang diri.

"Bisa kamu duduk dahulu dan menjelaskan apa yang kamu tulis?" Pak Malik tak melepaskan tatapannya dari Nindy. Perempuan itu melirik dari ekor matanya.

Nindy duduk di kursi tepat di hadapan Pak Malik. Matanya menunduk menatap kedua tangan yang dipilinnya.

Nindy mulai menjelaskan tentang apa yang dia tulis, tentang kejadian yang bisa ditangkapnya ketika menjadi panitia workshop. Pak Malik mendengarkan tanpa sekalipun memotong pembicaraan Nindy.

Nindy selesai menjelaskan. Ada jeda beberapa menit sampai salah satu dari mereka mulai bicara.

"Apa yang kamu lakukan sepekan belakangan?" pertanyaan Pak Malik pada Nindy.

Pertanyaan sederhana yang seharusnya bisa dijawab Nindy dengan mudah. Seorang atasan menanyakan apa yang dikerjakan bawahannya, pastilah sedang melakukan observasi untuk menilai kinerja Nindy. Tetapi entah mengapa di benaknya saat ini yang ingin dikatakannya adalah bahwa semua berjalan sesuai dengan seharusnya, begitu cepat, dan terkesan membosankan. Kehidupannya yang biasa saat ini terasa menjemukan. Semua itu karena ketidakhadiran laki-laki di hadapannya saat ini. Seandainya bisa mengatakan.

"Saya mengurus beberapa hal, Pak. BPS sudah menghubungi dan setuju dengan apa yang kita tawarkan. Saya juga ikut mempersiapkan workshop ini," jelas Nindy sambil menunjuk laporan di atas meja Pak Malik yang telah dibuatnya. 

Pak Malik refleks mengangkat berkas tersebut, tangan mereka bersentuhan. 

Hening.

"Oke, ada sedikit koreksi saja. Silakan diedit, Nindy," Pak Malik belum pernah memanggil namanya. Entah mengapa terdengar begitu berbeda di telinga Nindy ketika laki-laki di hadapannya ini yang mengucapkannya.

Nindy tersenyum, apalagi yang bisa dia lakukan selain itu. Nindy akan bersikap selayaknya bawahan kepada atasan. Menghormatinya, menghargainya, menurutinya, tidak menyukainya, tidak mencoba untuk itu.

Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang