Part 13

4K 214 0
                                    

Nindy mengurungkan niatnya masuk ke ruangan. Diayunkan langkahnya menuju toilet, tempat di mana perempuan itu bisa membasuh wajahnya. Nindy sesungguhnya sedang tak ingin melihat wajah Pak Malik. Nindy tau hal itu tak mungkin karena bagaimanapun lelaki egois itu adalah atasannya tetapi Nindy ingin memberikan dirinya sendiri waktu untuk menenangkan diri. Sampai akhir hari ini saja, Nindy berharap tak harus melihat wajah itu?

Nindy keluar dari toilet dengan langkah ragu. Semoga Pak Malik sudah tak lagi ada di ruangannya.

Nindy terkejut ketika kemudian perempuan itu nyaris menabrak seseorang yang baru saja keluar dari toilet pria.

Pak Malik!

Nindy berusaha menutup mulutnya dengan benar kali ini. Dia tak ingin mendapat sanksi indisipliner karena berkata kasar pada atasan. Mata Nindy dan Pak Malik bertemu tetapi Nindy langsung membuang muka, dia jengah melihat wajah laki-laki itu.

"Bisa kita bicara?" Suara di belakangnya terdengar samar. Nindy tak mau menoleh atau mencari tau sumber suara. Nindy tak berani menerka siapa yang telah mengajukan pertanyaan itu padanya. Nindy terus membiarkan kakinya melangkah, membawanya menuju ruangannya yang tentu saja sudah tak ada lagi Pak Malik.

"Kegiatan kita Senin depan diundur," Rio berbicara pada Nindy ketikak melihatnya masuk.

"Oh ya? Kenapa?" Nindy dan Rio sudah mempersiapkan acara itu dengan matang. Konsep, narasumber, dan peserta semua sudah disiapkan dan dihubungi.

"Dari pusat yang minta. Kamu tadi disuruh menemui Pak Malik," tambah Rio.

Mendengar nama laki-laki itu disebut, Nindy jadi tak enak hati. Mengapa harus dia yang selalu menemui bosnya itu di ruangan?

"Oh," balas Nindy singkat.

Perempuan itu tak menjanjikan akan ke ruangan Pak Malik saat ini. Mungkin nanti apabila suasana hatinya sudah membaik.

Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang