Part 6

4.8K 228 1
                                    

Nindy nyaris meneriaki bos kejamnya itu. Memuntahkan rasa jijik yang sudah sedari tadi dipendamnya. Hari ini bahkan belum selesai tetapi Nindy merasa permasalahan sebulan sudah bersatu dan sedang menubruknya kini. Ah, rasanya ingin lari.

Dari ruangan Pak Malik, Nindy tak langsung kembali ke ruangannya sendiri. Teman-temannya pasti akan menanyakan apa yang terjadi padanya dan Nindy tak yakin akan bisa kuat untuk tidak bercerita dan kembali menitikkan air mata. Tidak, Nindy bukan orang selemah itu.

Bayangan Pak Malik menari-nari dengan kekalahannya itu mengusik Nindy, perempuan itu memutuskan menuju kantin dan mengunyah sesuatu.

"Apa kabar Nindy? Lama tak ke sini," sapa Mbak Rini, pemilik kantin.

Nindy hanya tersenyum, duduk, dan mengambil bakso ayam goreng didepannya. Nindy mencabik makanan itu dengan agresif, membayangkan makanan tersebut adalah bosnya membuatnya senang. Nindy melahap satu dan satu lagi bakso ayam dengan rasa puas, amarahnya perlahan menguap sampai seseorang memancing kembali perasaannya.

"Kau masih sempat bersenang-senang di sini," Nindy nyaris tak percaya apa yang dilihatnya. Pak Malik sudah berada tepat di depan mukanya. Bakso yang masih di dalam mulutnya seperti hendak melompat keluar.

"Pak.. Pak Malik," Nindy membenarkan duduknya. Membersihkan sisa-sisa remah bakso goreng di sekitar mulutnya. Nindy menyedot air mineral gelas di depannya dengan rakus lalu hendak bangkit membayar makanannya.

"Tak perlu buru-buru, kau masih punya waktu sampai jam 4 menyelesaikan laporan tadi," ujar Pak Malik sambil membayar makanannya dan berlalu pergi.

Nindy langsung melirik jam dinding tak jauh dari tempat ya duduk, lima menit lagi?

Nindy bangkit dan mengambil langkah seribu.

" Ngutang dulu, Mbak!" teriak Nindy pada Mbak Rini sambil berlarian.

Perempuan itu bahkan tak sempat berhenti ketika berpapasan dengan bos barunya itu.

Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang