Part 11

4.2K 216 1
                                    

Mata Nindy melotot melihat memo tersebut. Ada masalah apa lagi?

"Pak Malik tadi ke sini?" Nindy bertanya pada Rio yang sedang menikmati sarapannya sambil mendengarkan musik lewat headsetnya.

Rio mengangkat wajahnya dari kotak makan yang dibawanya dan berusaha menangkap pertanyaan Nindy. Suara Nindy sepertinya tak terdengar jelas karena headset yang digunakannya.

"Apa kau melihat Pak Malik tadi ke sini dan menempelkan sticky notes di layar komputerku?" Nindy mengulang pertanyaannya.

"Hmm, tidak," jawab Rio. Laki-laki itu seperti kembali mengingat-ingat kalau-kalau dia salah tetapi sepertinya Rio tak hendak mengoreksi jawabannya tadi.

Nindy mengira-ngira waktu Pak Malik datang ke ruangan ini untuk menempelkan memo tadi. Sepertinya sudah berlalu beberapa masa. Apakah dia akan dimarahi lagi karena terlambat menghadap?

Nindy melangkah ke luar ruangannya dengan gontai, entah mengapa pintu ruangan Pak Malik tampak begitu mengerikan sekarang.

Toktok..

Nindy menunggu si empunya ruangan memberikan jawaban. 

"Masuk!" Suara dingin itu terdengar lagi setelah seharian kemaren Nindy bisa selamat darinya.

Perlahan Nindy mengarahkan kakinya ke dalam ruangan yang entah kenapa terasa begitu dingin. Nindy melihat angka yang tertera pada layar pendingin ruangan di ruangan itu, 20 derajat celcius. Pantas saja.

"Berikan notulensi rapat kemaren," Pak Malik yang tengah disibukkan dengan berkas-berkas di depannya menatap Nindy. Aura dingin laki-laki yang hanya terpaut usia empat tahun dengannya itu menulari Nindy. 

"Saya siapkan, Pak," Nindy menjawab dengan pelan, tak berharap memperburuk suasana hati Pak Malik.

"Kamu belum membuatnya?" Laki-laki itu berdiri. Nindy merasa semakin terintimidasi. Bagaimana bisa seorang bos memperlakukan bawahannya seperti ini?

"Bapak tidak mengatakannya kemaren, saya pikir.."

"Diam kamu! Apa kamu baru bekerja satu, dua tahun?" Pertanyaan yang lebih ke arah pernyataan yang begitu menohok bagi Nindy.

Apakah hanya karena tidak membuat notulensi, Nindy pantas diteriakki seperti ini di awal hari?

Nindy menyembunyikan air mata yang menetes di pipinya, perempuan itu pura-pura menggaruk wajahnya. Kesabaran pun ada batasnya.

"Anda sadar kalau Anda itu atasan?"



Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang