Part 18

4K 213 0
                                    

Pak Malik ternyata mengikutinya dari belakang. Nindy mengetahuinya ketika untuk terakhir kali, perempuan itu berbalik hendak pamit dan menutup pagar. Bosnya itu mendorong pagar yang telah ditutup Nindy, membuatnya kembali terbuka.

Apalagi mau laki-laki ini?

"Terima kasih," ujar Pak Malik. Pelan tetapi terdengar jelas oleh Nindy.

Nindy menoleh ke arah sumber suara. Didapatinya mata bosnya itu memandang ke arahnya. Nindy tak tau apa makna dibalik pandangan itu. Nindy tak mau menerka-nerka dan keliru.

Nindy mengangguk. Menghidupkan motornya dan memacu dengan kencang menuju kembali ke kantor.

Seharian itu Nindy merasakan ketenangan, tak ada rasa khawatir akan dipanggil oleh bosnya dengan risiko dimarahi. Nindy menjadi dirinya yang biasa, ceria dan masa bodoh. Tetapi perempuan itu merasa ada yang kurang, sesuatu yang nyaman ini tak lagi senyaman dulu sebelum Pak Malik datang dalam hidupnya.

Kringgg...

Alarm ponselnya berdering kencang. Nindy terbangun dengan malas-malasan. Apakah hari ini Pak Malik masih tak masuk kantor?

Sesampainya di kantor, Nindy berpapasan dengan Pak Malik. Tak ada kata yang keluar dari keduanya. Ketika Nindy duduk di kursinya, sebuah memo tertempel di layar komputernya.

"Ke ruangan saya" Tertulis di sticky note warna kuning itu.

Dengan malas, Nindy mengayunkan langkah kembali ke ruangan itu, membayangkan terakhir kali dia diusir membuat emosinya mendidih.

Toktok..

Nindy masuk tanpa menunggu respon dari dalam. Pak Malik sedang sarapan yang sepertinya dibawa dari rumah.

"Selamat pagi, Pak," basa basi Nindy.

"Pagi. Kamu ikut saya rapat pagi ini dengan BPS," ujar bosnya itu bahkan tanpa bertanya.

"Tetapi saya harus mengawas jam delapan, Pak," Nindy menghindar.

"Minta gantikan yang lain saja," ucap Pak Malik datar.

Nindy tak tau apa yang harus dilakukannya. Seandainya bisa memilih, perempuan itu sudah malas berurusan dengan laki-laki ini.

Nindy melangkah keluar dan segera mencari penggantinya mengawas, mengambil tas, dan menunggu Pak Malik di lobi. Apakah aku terlalu excited?

Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang