Part 24

3.6K 182 0
                                    

Melihat Pak Malik masuk, Nindy segera menghabiskan minumannya dan beranjak membayar jajanannya. Suasana hati Nindy belum juga membaik, perempuan itu tidak siap membuatnya menjadi lebih buruk.

Nindy berpapasan dengan Pak Malik yang sedang memilih minuman dingin. Perempuan itu tidak mengacuhkannya. Berhenti memikirkan macam-macam, Nindy.

"Nindy!" Nindy menoleh ke arah sumber suara. Ilman, teman kantornya.

"Ya?" tanya Nindy. Perempuan itu menghentikan langkah dan mendekat ke arah Ilman yang juga bergerak menuju Nindy.

"Mau makan siang bersamaku?" tanya Ilman. Nindy berhenti melangkah, ini bukan kali pertama Ilman mengajaknya makan bersama. Laki-laki itu bahkan pernah mengajaknya jalan pada hari libur kerja tetapi Nindy tak pernah menggubrisnya. Kenangan masa lalu Nindy masih begitu membekas dan membuatnya tak berani melangkah lebih dari sekadar teman untuk laki-laki manapun.

Cukup lama mereka berdua terdiam di sana. Ilman memberikan waktu untuk Nindy berpikir dan Nindy sesungguhnya membutuhkan tempat melarikan diri. Berada jauh dari kantor, dari wajah bosnya yang sulit untuk dihindari.

"Oke," jawab Nindy. Kali ini biarlah Nindy memenuhi keinginan Ilman, menghargai usahanya selama ini dan keteguhan untuk tidak menyerah pada Nindy.

"Aku tunggu jam 12 di lobi ya?" Ilman bertanya pada Nindy. Perempuan itu merasa dihargai dengan memberinya kesempatan untuk menentukan. 

Pak Malik melintas di dekat mereka.

"Oke, kita janjian jam 12 di sini," ujar Nindy dengan menunjukkan ekspresi ceria. Menyembunyikan perasaan dan emosi adalah keahliannya. Sampai Pak Malik datang, tentunya.

Ilman tersenyum sekali lagi pada Nindy, kali ini lebih lebar. Mereka berpisah untuk bertemu kembali siang nanti.

Tepat jam 12, Nindy sudah menyelesaikan notulensinya dan mencetaknya. Nindy akan menyerahkannya kepada Pak Malik dan langsung berangkat makan siang bersama Ilman. Nindy memasukkan ponsel ke dalam pouch dan membawa hasil cetak notulensinya di tangan yang lain. 

"Saya akan makan siang di luar, Rio," Nindy menginfokan pada Rio apabila ada yang bertanya tentang keberadaannya.

"Oke, nanti aku boleh titip sesuatu, ya?" tanya Rio.

"Iya, aku kabari kalau sudah sampai," jawab Nindy sambil berlalu.

Ruang Pak Malik kosong, Nindy meletakkan laporannya di atas meja dan bergegas keluar.

Ilman sudah menunggunya di lobi.

Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang