Part 39

2.8K 143 1
                                    

Nindy menghempaskan tubuhnya ke. kursi. Ilman tersenyum melihat Nindy.

"Ada apa denganmu?" tanya Ilman.

Nindy hanya menggeleng. Matanya menatal kosong pada sudut meja. Berdiri, Nindy menuju meja prasmanan tempat makan siang sudah dipersiapkan.

Ilman yang paling banyak bicara di antara mereka bertiga. Pak Malik hanya menanggapi seadanya. Nindy pura-pura sibuk mengunyah makanannya. Tak sekalipun Nindy melihat mata Pak Malik, begitu tinggi egonya setelah semua yang telah dilakukan Pak Malik padanya. Nindy sudah menduga saat ini akan datang, saat perempuan itu benar-benar sudah jengah dengan laki-laki di hadapannya.

Pak Malik menarik kursi dan berdiri, berpamitan dengan Ilman, tentu saja mengacuhkan Nindy. Dianggap tidak ada oleh atasannya harus mulai diterima Nindy. Tak ada yang bisa diharapkannya lagi.

Nindy sekamar dengan Sukma, teman satu seksi dengan Ilman. Mereka berdua sudah kenal lama karena satu angkatan masuk kantor.

Setelah memasukkan barang-barang ke dalam kamar dan beristirahat sebentar, acara pembukaan dimulai. Mereka berkumpul di lapangan.

Ada sekitar lima puluh orang yang hadir. Mereka membentuk lingkaran sambil mendengarkan pembukaan kegiatan oleh ketua panitia dan sambutan oleh kepala kantor. Di hadapan Nindy, Pak Malik mengenakan topi dengan warna senada kacamatanya.

Bukan melihat kepala kantor yang sedang memberi sambutan, Nindy malah terpesona dengan wajah laki-laki di hadapannya. Sepertinya karena terlalu lama diperhatikan, Pak Malik menyadari apa yang dilakukan Nindy. Laki-laki itu balas menatapnya.

Tak jelas sorot mata dibalik kacamata itu, jarak Nindy dan Pak Malik lumayan jauh tetapi perempuan itu menyadari, dia ketahuan.

Nindy memalingkan wajah, mencari di mana Ilman berada.

Ilman ternyata tak jauh dari Nindy, tengah sibuk berbicara dengan teman sebelahnya sambil tertawa. Ilman memang bertolak belakang dengan Pak Malik. Ilman adalah teman yang asyik diajak berbicara tentang apapun dan seringnya selalu memulai pembicaraan terlebih dahulu, membuat orang merasa cepat akrab dengannya.

Nindy mencoba melirik Pak Malik, berharap laki-laki itu sudah tak lagi memperhatikannya. Mata Nindy menangkap hal yang tak ingin dilihatnya, sepasang mata beberapa meter di hadapannya itu tertuju padanya.

Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang