Part 30

3.3K 162 2
                                    

Sudah sepekan Nindy tidak melihat Pak Malik, bosnya itu mengikuti short course di luar kota. Kehidupan Nindy begitu tenang, sampai-sampai perempuan itu tak pernah menyadari telah melewatkan satu per satu harinya. Hubungan dengan Ilman berjalan baik, seperti seharusnya, seperti yang bisa diprediksi Nindy. Ilman tak marah karena Nindy tak memperbolehkannya menjemput dan mengantar Nindy pulang. Mereka, seperti kata Nindy pada Pak Malik, adalah sepasang kekasih, mereka tak pernah sekalipun tidak sepakat terhadap apa saja. Mereka akur, tak pernah ada keributan.

Senin pagi, ketika Nindy memarkirkan sepeda motornya, perempuan itu melihat mobil Pak Malik. Ada seseorang di dalamnya. Nindy mendekati mobil itu, entah mengapa langkah kakinya terayun ke sana. Seorang perempuan?

Siapa dia? Nindy langsung memutar dan berjalan menjauhi mobil bosnya,berjalan menuju kantor dengan tanda tanya besar di benaknya.

Baru saja hendak membuka pintu bagian depan gedung, Pak Malik berada di hadapannya, sedang membuka pintu di sebelahnya. Berpapasan setelah sekian lama membuat Nindy canggung, bahkan secuil senyum pun tak sanggup keluar dari bibirnya.

Pak Malik berlalu, Nindy tak melihat ekspresi apapun di wajah atasannya. Semua terjadi begitu cepat. Entah mengapa Nindy merasakan hatinya sakit.

Rasanya Nindy ingin berbalik, berlari keluar dan memastikan apa yang terjadi dengan Pak Malik dan perempuan di dalam mobil tadi. Dalam kekalutan, Nindy membuka pintu depan gedung dan keluar. Sebuah mobil yang dikenalnya lewat di depan Nindy. Mobil Pak Malik.

Perempuan itu menunduk, menyadari semua itu tak mungkin untuk Nindy. Harapannya terlalu jauh, kenyataan begitu pahit.

Toktok..

Nindy mengetuk pintu ruangan Pak Malik, mengira tak mungkin ada orang. Bosnya itu baru tiga puluh menit pergi, tak mungkin secepat itu kembali.

"Masuk," sebuah suara yang dirindukannya. Sudah sepekan mereka tidak bertengkar.

Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang