Part 17

4K 216 0
                                    

"Akan saya ingat, Pak. Lain kali saya tidak akan merepotkan diri untuk kemari lagi," Nindy berbicara sinis.

Pak Malik tak menggubris apa yang dikatakan Nindy. Laki-laki itu tenggelam dalam berkas-berkas yang tengah diperiksanya.

Sudah lima belas menit Nindy menunggu bosnya mengecek kembali dokumen dan mulai menandatanganinya satu per satu. Setiap kali satu berkas selesai, Nindy begitu lega. Tak sabar ingin segera melangkahkan kaki keluar dari rumah Pak Malik.

"Kau tak menghargai apa yang saya hidangkan?" Nindy terkejut dengan pertanyaan bosnya. Nindy menatap laki-laki itu di matanya.

Tak hendak memperparah hubungan mereka, Nindy meraih cangkir teh di depannya dan meminum sampai habis sekaligus. Perempuan itu tak mau membuang-buang minuman.

"Sudah selesai," Pak Malik menambahkan sembari merapikan berkas-berkas yang telah ditandatanganinya. Bosnya itu menyerahkannya kepada Nindy. Tak sengaja tangan mereka saling bersentuhan. Refleks Nindy menarik tangannya. Berkas-berkas berjatuhan.

"Apa ada hal yang bisa kamu lakukan dengan benar?" Pak Malik menatap Nindy dari balik kacamatanya.

Nindy membalas tatapan bosnya. Merasa jengah dengan apa yang dikatakan laki-laki itu.

"Tak bisakah cukup mengatakan terima kasih," kata-kata itu keluar dari bibirnya tanpa disangka tetapi Nindy tak menyesal.

Nindy mengumpulkan berkas yang berceceran di lantai. Tak disangka Pak Malik membantunya. Nindy tak akan begitu mudah terpedaya lagi. Paling-paling setelah ini dia kembali akan diomelin.

"Terima kasih," Nindy berujar sarkas. Harusnya, laki-laki itu yang mengatakannya setelah semua yang Nindy lakukan.

Nindy berdiri dan mengambil tasnya.
"Saya pamit, Pak," ujar Nindy tanpa sekalipun menoleh pada Pak Malik.

Tak ada respon yang didengarnya. Nindy melanjutkan langkah menuju pintu.

Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang