Haechan menatapi langkah kakinya sendiri, beberapa kali menghembuskan nafas resah, lelah.
Haechan mengangkat pandangannya saat mendengar suara pria yang tak asing baginya. Haechan menyipitkan matanya, memilih bersembunyi di belakang mobil yang terpakir di pinggir jalan.
"Lain kali kalau ada tugas kayak gini, kamu kasih taunya dari kemaren dong, nak," kata pria itu. "Ya kan lupa, pa," balas anak berseragam SMA.
"Untung mama gak tau, kalo sampe tau, abis pasti kamu, haha," perlahan tawa dan suara dua orang itu menghilang bersamaan dengan melajunya mobil yang mereka naiki.
Haechan keluar dari persembunyiannya, terdiam di tempatnya. Matanya bergetar dan mulai sedikit berair, dadanya pun terasa sesak.
Orang yang semalam menganggu pikirannya baru saja muncul, dengan... anaknya? Dan lengkap juga dengan kebahagiaan, tawa, dan cinta. Hangat bukan?
Haechan tersenyum getir, satu kedipan mata membuat satu tetes air mata Haechan ikut terjatuh.
Itu, ayahnya. Sebentar, apakah Haechan masih boleh memanggilnya sebagai seorang ayah? Ataukah sudah tidak lagi? Haechan pun tidak tau.
~~~
Bel pulang sekolah berbunyi, Hyunae langsung mengemas barang-barangnya dan bergegas ke kelas Haechan, ia ingin mengeluh tentang suatu hal yang dari tadi menjadi beban baginya untuk hari ini."LEE HAE—"
"Berisik toa!" pekik Xiaojun yang menutup mulut Hyunae dengan tangannya. Hyunae melepas kasar tangan Xiaojun, "Sirik aja! Mana Haechan? Panggilin!"
Xiaojun memutar bola mata malas, tapi dia tetap memanggil Haechan. Mau bagaimana pun, nanti juga ujung-ujungnya Haechan keluar juga kan? Fungsi Xiaojun hanya untuk mempercepat pertemuan dua insan ini.
"Noh Haechan nya," ujar Xiaojun. "Makasih bro!" Xiaojun mengangkat kedua alisnya, lalu berlalu meninggalkan mereka di sana.
"Haechan!! Kamu tau gak sih!? Masa nilai ulangan aku ada yang di bawah KKM..." keluh Hyunae. Haechan malah meringis.
"Ih! Ngeledek!?" Haechan menggeleng, mereka mulai berjalan keluar sekolah, "Kamu lucu, baru dateng udah ngadu."
"Abisnya ya! Aku udah belajar lamaaa banget buat ulangannya! Tapi nilainya malah jelek, kan sedih!" balas Hyunae.
"Ulangan apa emangnya?"
"Matematika! Nyebelin kan!? Padahal aku jurusan bahasa, ngapain coba ada matematikanya!?"
Haechan kembali meringis sambil tersenyum, "Matematika itu wajib Hyun, mau kamu ke jurusan apa aja, pasti ketemu matematika."
"Ih! Caper banget mat nya! Dikira aku bakal suka apa sama dia!? Kan aku udah suka sama orang lain!"
Haechan mendadak berhenti, membuat Hyunae ikut berhenti tapi lebih satu langkah dari Haechan. "Kenapa? Kamu mau bilang aku bakal jadian sama matematika?"
Haechan menggeleng, "Kamu suka siapa?" Hyunae terdiam di tempat, mau jawab jujur, tapi malu.
Bukan masalah sekarang mereka lagi di sekolah tepatnya di koridor karena mereka belum turun tangga, tapi karena orangnya ada di depan mata.
"Manusia... a-ada lah pokoknya! Ayo!" Hyunae menarik tangan Haechan agar cepat keluar dari sekolah, minimal koridor, karena di sana banyak orang, pengap.
Setelah sudah keluar dari gedung utama, Haechan bertanya, "Bang Lucas masih di jalan?" Hyunae menggeleng.
"Loh? Terus kamu dijemput siapa?" —Haechan
"Aku mau ikut kamu! Besok kan hari Sabtu, gak pa-pa lah! Libur ini, ya kan?" —Hyunae
"Tapi, aku harus ker—"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bully || Lee Haechan
Fanfic"Aku ingin menjadi orang terakhir yang mengucapkan ini. Selamat ulang tahun." [Bully] Di saat mencintai seseorang bukanlah lagi sekedar berbagi rasa, melainkan berbagi segala. Termasuk kehidupan dan salam perpisahan.