-3 tahun berlalu-
"Lo ngapain sih masuk kampus yang sama kayak gue? Lo nge-fans kan sama gue!?"
"Jangan ke-geer-an jadi orang. Gue jagain Hyunae di sini, lagian juga kampusnya bagus. Emang ada aturan gue gak boleh masuk ke kampus ini?"
Ryujin berdecak sebal, semenjak mereka lulus SMA, ia selalu kalah dalam perdebatan dengan Xiaojun. Sepertinya anak ini sudah banyak belajar karena berulang kali mengalah.
Ryujin menghentikan langkahnya, melipat kedua tangan di depan dada sembari menghela nafas berat. "Oke, gue bisa terima kalo lo kuliah di sini. Tapi kenapa tu tiga sebangkai di sini juga?"
Di seberang mereka, Felix melambaikan tangan sambil tersenyum lebar, berjalan ke arahnya disusul oleh Hyunjin dan Dino.
"Lo masih dendam sama gue? Udah baikan padahal dari kapan tau, kenapa sih lu?" Ryujin memutar bola mata malas. "Gue muak liat muka lo! Udah yuk Hyunae, alergi gue entar kambuh."
Ryujin menarik tangan Hyunae secepat mungkin, selain karena kelas mereka akan segera dimulai. Ryujin masih suka teringat masa lalu setiap melihat wajah ketiga orang itu, terutama Felix.
Lagipula siapa yang bisa lupa akan kejadian-kejadian berbekas semasa SMA yang dilakukan tiga— ah! empat orang itu. Bahkan satpam sekolah mungkin akan selalu mengingatnya.
Ngomong-ngomong, semenjak Seungmin dikeluarkan dari sekolah, ia dipindahkan ke luar negeri, entah ke negera mana, yang jelas bukan tanah abang.
"Hari ini jadi?" Hyunae mengangguk sembari terseyum. "Ramean atau bertiga aja?" tambah Ryujin. "Terserah mereka mau ikut atau enggak, gue sendirian juga gak pa-pa."
"Ya kali, gue juga mau ke sana, kangen sama Haechan," ujar Ryujin tersenyum simpul. "Haahh... padahal gue pengen banget liat Haechan pas udah kuliah, kira-kira bakal gimana ya?" gumam Ryujin.
Hyunae menghembuskan nafas pelan sembari tersenyum miris. "Dia bakal jadi orang hebat, seharusnya gitu...."
~~~
"Biar kita yang bersihin, lo duduk aja sama Ryujin," ujar Xiaojun sembari menuangkan air pada makam Haechan, bermaksud membersihkannya."Rumput liarnya cabutin," titah Xiaojun pada ketiga pria yang berdiri sejajar di sampingnya. Patuh dengan apa yang disuruh Xiaojun, Felix dan dua kawannya itu mencabuti rerumputan yang tampak berantakan.
Felix merogoh tasnya, mengeluarkan sebuket bunga matahari lalu diletakannya di atas makam Haechan. "Titipan papa..." gumamnya pelan.
"Berdoa dulu, yuk?" semuanya mengangguk, mulai saling berjabat tangan, memejamkan mata, dan mengucapkan doa masing-masing dalam hati.
Ryujin yang pertama membuka mata merasa bahqa genggaman tangan Hyunae semakin kuat dan sedikit bergetar. Menoleh ke arah Hyunae yang sudah mulai meneteskan air mata.
"Udah udah..." ujar Ryujin menenangkan kekita kedua mata Hyunae telah terbuka. "Liat tuh Chan, cewek lo udah gede masih cengeng begitu, heran gue..."
PLAK!
"Aduh! Apa sih!?" protes Xiaojun karena Ryujin baru saja memukul punggungnya cukup keras. "Bercandanya nanti aja!" Xiaojun berdecih tak terima.
"Chan, ini masa kita semua sekampus lagi? Lo tau gak seberapa bosennya gue ngeliat muka-muka ini lagi? Muka-muka orang putus asa, kagak ada yang cakep!"
"Xiaojun..." sela Ryujin dengan bada peringatan. "Santai sedikit lah, kan ke sini karena kangen Haechan, bukan mau rapat sama Haechan kan?"
"Xiaojun!" satu pukulan lagi-lagi berhasil mendarat tepat di punggung Xiaojun. "Punggung gue bukan tempat pelatihan tinju!" protesnya.
Setelah masing-masing dari mereka 'bercerita' pada Haechan, mereka pun memutuskan untuk pergi, hendak makan di restoran dekat kampus karena hari sudah mulai sore.
Semuanya sudah pergi mendekati mobil, menyisakan Xiaojun yang masih terdiam memandangi makam Haechan.
"Gue lebih baik gak diundang sama sekali dari pada harus begini Chan... kenapa gak bilang sama gue? Gue harusnya bantuin lo, tapi malah gak tau apa-apa.. cih.."
"Xiaojun! Lo mau mobil lo gue bawa kabur!?" pekikan Hyunjin membuat Xiaojun terpaksa harus segera ke sana.
"Gue pergi dulu, itu anak rese pengennya buru-buru. Nanti gue balik lagi, sama Hyunae mungkin... ah iya, Hyunae aman sama gue, tenang aja, walaupun kita jadi temenan sama tiga brengsek itu, tapi gue bakal tetep jagain Hyunae buat lo..."
~~~
Gelak tawa tak henti mengisi meja Hyunae dan yang lain, mereka sudah nyaris lebih dari satu jam duduk di sini karena Dino yang tak henti-henti memesan makanan serta minuman baru. Alhasil yang lain harus menunggu dan memperpanjang obrolan, walau memang berakhir menyenangkan."Lo pada bingung gak sih? Ini kenapa kita bisa-bisanya sekarang makan malem bareng sambil ketawa-ketawa padahal dulu berantem kayak mau rebutan negara?"
"Elu kesurupan!" timpal Ryujin. "Yeuh, kurang ajar!" balas Hyunjin. "Gue dulu udah baik duluan ya, ni dua anak aja tobatnya lama, ya kan Hyun?" Hyunae mengangguk pelan. "Nah kan!"
"Lo berdua! Kenapa lama banget sadar diri nya? Untung belom gue bunuh duluan!" Felix tergelak, "Emang lo bisa bunuh gue? Terakhir kita berantem aja lo dipanggil BK."
"Dasar! Memanfaatkan jabatan ortu! Canceled!" Felix menggeleng-gelengkan kepalanya, memilih meminum seteguk jus jeruk yang sedari tadi belum habis bahkan sampai esnya sudah menjadi air dan menghilangkan rasa manisnya.
KLING-KING!
"Selamat datang!" seru penjaga kasir, Hyunae menoleh pada pintu restoran yang baru saja dibuka dan menimbulkan bunyi bel oleh pelanggan.
Kedua bola mata Hyunae membulat sempurna, badannya sedikit bergetar dan lemas di waktu yang bersamaan. "Hae-chan?..."
Pria berlapiskan kaus hitam dan jaket denim itu menoleh, memandangi Hyunae sejenak dan langsung berjalan ke kasir setelahnya.
••••••
HALO SEMUANYA!!!
Huwaaa gak kerasa 'Bully' udah selesai ditulis juga😭😭
Padahal kayaknya baru kemarin aku mikirin alurnya gimana, pemerannya siapa, endingnya happy atau sad hehe...Intinya aku mau berterima kasih untuk kalian yang udah mau baca cerita ini padahal alurnya berantakan dan ceritanya gak seberapa😭
Terima kasih juga karena setiap aku up pasti ada satu dua orang yang komen entah apapun itu komenannya, tapi jujur itu bikin aku merasa bersyukur dan jadi tambah semangat hehe...
TERIMA KASIH ATAS CINTANYA UNTUK CERITA INI!!
Ah iya... aku berencana untuk bikin cerita baru, nanti pemeran utamanya Doyoung sama Winwin plus ceweknya pasti wkwkwk
••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bully || Lee Haechan
Fanfiction"Aku ingin menjadi orang terakhir yang mengucapkan ini. Selamat ulang tahun." [Bully] Di saat mencintai seseorang bukanlah lagi sekedar berbagi rasa, melainkan berbagi segala. Termasuk kehidupan dan salam perpisahan.