Haechan sedikit meringis saat obat merah mengenai luka di sudut bibirnya. Hyunae berdecak, kembali memasukan obat merah ke tempat semula.
"Kamu... gak marah?" tanya Haechan hati-hati. "Marah," jawab Hyunae singkat. "Sampe kapan sih kamu mau dipukulin gini!?"
Haechan menghela nafas pelan, lalu ia menoleh sambil tersenyum. "Gak semua kekerasan harus dibalas dengan kekerasan kan?" Hyunae memutar bola matanya.
"Mau ke mana?" tanya Haechan tepat setelah Hyunae berdiri, "Kelas, udah mau masuk."
Pintu UKS tertutup, Haechan menyenderkan kepalanya pada tembok. Merintih karena perutnya kembali menimbulkan rasa sakit yang sedari tadi ia tahan agar tidak membuat Hyunae tambah khawatir.
"Sorry gak bisa bantu lo tadi," Haechan sontak menoleh ke asal suara yang tiba-tina muncul. Hyunjin keluar dari bagian dalam UKS, bersender pada tembok pembatas.
"Gue emang gak bisa bikin Felix berhenti total, tapi seenggaknya gue bakal berusaha bikin dia berhenti mukulin lo."
Haechan yang awalnya kebingungan kini menunjukan senyumannya, "Kalau gak bisa juga gak pa-pa kok, aku udah biasa."
"Ck, gue tau. Lo emang udah biasa, tapi lo kira si Hyunae terbiasa liat kekerasan kayak gitu? Gue yakin lo tau kalo di kehidupan Hyunae gak ada hal semacam itu sebelum dia kenal lo, walaupun abangnya mantan aquila, tapi bang Lucas gak pernah biarin Hyunae liat dia berantem."
Hyunjin berjalan mendekat, menepuk sebelah pundak Haechan. "Gue belom minta maaf secara langsung ke lo, susah ngomongnya. Intinya, lo siapin mental lo. Sekarang fisik lo aja yang istirahat, paham kan?"
~~~
"Lo mau anak orang mati?""Bodo." Felix memutari meja dan duduk di atasnya, menunggu Hyunjin melanjutkan obrolan di antara mereka.
"Lix, gue tau lo dari orang berada, tapi gak semuanya bisa lo handle pake uang. Kena masalah dikit langsung ngandelin uang, kalo lo miskin tiba-tiba lo mau gimana?"
"Lo tuh temen gue apa temen si buluk sih hah!?"
"Ya karena gue temen lo makannya gue bilangin dari sekarang. Kalo lo punya masalah, urus sendiri, jangan dilampiasin ke orang lain. Gak ada yang mau tau masalah hidup lo."
Felix terdiam, menatap tajam manik mata Hyunjin, berusaha membuat Hyunjin merasa diintimidasi.
Tapi tentu saja gagal. Felix dan Hyunjin sudah berteman sejak kecil, Hyunjin adalah satu-satunya orang yang tidak takut dengan Felix dalam pertemanan ini.
"Lo sama kayak Haechan, keluarga lo gak utuh, Haechan juga gitu. Jadi harusnya lo tau gimana rasanya jadi Haechan. Kekerasan yang lo dapet dari papa lo gak perlu lo salurin juga ke Haechan, dia gak mau ngerasain apa yang lo rasain. Dan dia gak peduli."
"Lo diapain ama si Haechan hah!? Bisa-bisanya ngebela dia di depan gue!"
Hyunjin berdecih, memotong jarak antara dirinya dan Felix. "Diapain sama Haechan? Emang dia bisa ngapain gue? Dia kan 'takut' sama kita."
Mundur beberapa langkah, Hyunjin keluar dari ruangan dengan harapan Felix bisa berpikir untuk yang kesekian kalinya dalam hal tidak menyakiti Haechan lagi.
~~~
Kali Haechan tak bisa berhenti bergerak di tengah kesunyian antara dirinya dan Hyunae.Mereka sedang duduk berdua di kursi taman belakanh seperti biasa, tapi kali ini Haechan lah yang mengajak bahkan menjemput Hyunae untuk pergi ke sini.
"Kamu masih marah?" tanya Haechan. "Kamu pikir kalo kamu nanya terus, aku jadi gak marah lagi gitu!?"
"Maaf..."
"Jangan minta maaf terus," balas Hyunae. Ia menghentakan kakinya, hendak berdiri dan pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bully || Lee Haechan
Fanfic"Aku ingin menjadi orang terakhir yang mengucapkan ini. Selamat ulang tahun." [Bully] Di saat mencintai seseorang bukanlah lagi sekedar berbagi rasa, melainkan berbagi segala. Termasuk kehidupan dan salam perpisahan.