Seohyun membuka pintu rumah, membiarkan pintunya terbuka sampai Haechan masuk ke dalam. "Kamu ganti baju rumah dulu baru istirahat," Haechan mengangguk, masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian sekaligus istirahat.
Hari ini Haechan akhirnya diperbolehkan pulang walau masih harus istirahat di rumah untuk berjaga-jaga jikalau kondisinya drop lagi.
Setelah menggangu bajunya, Haechan langsung mengistirahatkan badannya di atas ranjang. Menghela nafas panjang hingga merintih karena tiba-tiba perutnya terasa nyeri.
Hanya sekedar informasi bahwa sejak Haechan sadar dari komanya ia hanya diperbolehkan makan bubur sampai sekarang.
"Sebentarr!!" pekikan bundanya dari luar membuat Haechan kembali membuka matanya, ia berencana ingin tidur karena memang sekarang sudah menunjukan pukul delapan malam.
Selagi ada kesempatan untuk tidur cepat, kenapa tidak?
Suara pintu depan yang dibuka terdengar sampai ke kamar Haechan, ia pun terduduk karena ingin tau siapa yang datang.
"Eunhyuk??" samar-samar namun tetap sampai ke telinga Haechan, ia dapat mendengar dengan jelas bahwa bundanya baru saja menyebut nama 'Eunhyuk.'
Haechan menahan langkah kakinya tepat di depan pintu karena tidak mungkin ia keluar sekarang.
"Haechan udah tidur..."
"Aku ke sini juga bukan buat ketemu Haechan. Ini, Naya suruh aku kasih ini," Eunhyuk menyodorkan paper bag yang entah isinya apa pada Seohyun.
"Ah.." Seohyun mengambilnya dengan ragu, "Udah," Eunhyuk berbalik, hendak pergi niatannya.
"Kamu gak kangen Haechan?" Eunhyuk menggeleng bahkan tanpa menoleh. Semakin menjauh, Seohyun pun menutup pintu rumah.
Meninggalkan paper bag itu di meja ruang tamu dan langsung kembali ke kamarnya tanpa mengecek apa isi paper bag pemberian Naya.
Selang beberapa detik setelah pintu kamar Seohyun tertutup, Haechan membuka pintu kamarnya pelan-pelan. Menoleh ke kanan-kiri, memastikan Seohyun benar-benar sudah masuk ke kamarnya atau bahkan sudah tidur.
Menghindari suara bising agar Seohyun tidak terbangun, Haechan mampur sebentar ke meja ruang tamu untuk melihat isi paper bag yang sependengarannya adalah pemberian Naya, istri kedua ayahnya.
Haechan membuka paper bag tersebut, melihat isinya yang ternyata berisi beberapa kotak makanan.
Ia mengeluarkan kotak makanan tersebut, kembali masuk ke kamarnya. Tanpa bersuara, Haechan mengeluarkan syal rajut dari dalam lemarinya, memasukannya ke dalam paper bag yang tadi sudah ia kosongkan.
Haechan buru-buru membawa paper bag, membuka pintu yang ternyata lupa dikunci oleh Seohyun, memudahkannya mengurangi suara untuk keluar dari rumah.
"Ayah!" pekiknya saat ia melihat Eunhyuk yang hendak menutup pintu mobilnya. Walau bukan namanya yang dipanggil, namun Eunhyuk menoleh.
Haechan berlari kecil mendekati Eunhyuk, "Hai ayah..." sapanya pelan. Eunhyuk hanya diam di posisinya.
"Haechan gak pa-pa kok kalo ayah gak kangen sama Haechan atau gak mau ketemu Haechan, itu kan haknya ayah hehe... tapi yah, ini ada hadiah buat ayah, udah lama banget Haechan mau kasih ini buat ayah...."
Haechan menyodorkan paper bag tadi pada Eunhyuk, dahi Eunhyuk mengerut seketika. "Kamu pikir saya bodoh? Itu paper bag yang tadi saya bawa!"
"Isinya beda, yah..." gumama Haechan sambil memaksa dirinya untuk tersenyum. "Ambil yah, nanti bunda keburu sadar kalo aku keluar..."
Eunhyuk bedecak dan mengambil kasar paper bag itu dari Haechan, "Udah sana masuk!" Haechan tersenyum lalu membungkukan dirinya 45 derajat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bully || Lee Haechan
Fanfic"Aku ingin menjadi orang terakhir yang mengucapkan ini. Selamat ulang tahun." [Bully] Di saat mencintai seseorang bukanlah lagi sekedar berbagi rasa, melainkan berbagi segala. Termasuk kehidupan dan salam perpisahan.