Felix menenggelamkan kedua tangannya di kantung celana, berjalan di depan Hyunjin dan Dino seperti biasa.
Smirk-nya terbentuk saat melihat Hyunae berjalan dari arah berlawanan. Bohong jika Hyunjin tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi, tapi dia menilih diam dulu, takut prediksinya meleset.
"AW!" pekik Hyunae, ia sudah tersungkur di lantai dan buku-buku yang ia bawa berserakan. Felix memutar bola mata malas, memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah Hyunae.
"Jalan yang bener dong," ujar Felix. Hyunae mendengus, mengambil buku-bukunya, lalu berdiri menghadap Felix.
Hyunae menendang Felix tepat di tulang keringnya membuat Felix sedikit merintih, "Rasain!" pekik Hyunae.
"Apa lo!? Mau gue gantung di pohon jambu depan rumah gue hah!?"
"Santai! Orang gue diem doang dari tadi!" balas Dino. "Apa lu senyam-senyum!? Gue robek mulut lo baru tau rasa!"
Hyunjin berdecih, "Udah sono pergi," titah Hyunjin. Hyunae mengernyit, kok mangsanya dilepas gitu aja? Tumben.
Hyunjin menepuk punggung Dino lalu pergi melewati Hyunae, begitupun Dino. Sedangkan Felix masih diam di tempatnya hingga Hyunjin menarik tangan Felix.
"Harusnya tadi gue bisa abisin dia kalo lo gak suruh dia pergi," gumam Felix. "Terus kenapa gak diabisin? Kan bisa sebelom gue suruh dia pergi," balas Hyunjin.
Felix menoleh, menggertakan gigi gerahamnya. "Gue cuman nanya, jangan emosi," Hyunjin tersenyum simpul.
~~~
Haechan hanya terdiam menatapi Hyunae yang tertidur di sebelah brankarnya. Sekarang sudah pukul delapan malam dan bukannya pulang, Hyunae malah tertidur di sini.Tadi sepulang sekolah Hyunae hanya minta Xiaojun mengantarnya, tidak perlu menemaninya hingga ia mau pulang.
Haechan mengangkat pandangannya saat pintu ruangan terbuka tanpa suara ketukan terlebih dahulu, ia kira itu bundanya, tapi ternyata bukan.
Haechan sedikit mengernyit, namun cepat-cepat ia mengubah ekspresinya menjadi normal.
"Belom pulang dia?" tanya Hyunjin. Haechan mengangguk pelan, "Tenang, gue ke sini buat jenguk lo, gak bakal ngapa-ngapain."
Hyunjin duduk di sofa tempat di mana Xiaojun biasa duduk saat menunggu Hyunae. Ia melihat sekeliling dan tatapannya berhenti pada Hyunae yang sedang tertidur.
Ia berdecih, "Bisa-bisanya lo disukain sama Hyunae..." gumamnya. Haechan menoleh, "Maaf?" ujarnya karena tidak terlalu mendengar ucapan Hyunjin.
"Gue udah lama tau Hyunae secara dia adeknya bang Lucas, tapi Hyunae gak kenal gue, tau kelanjutannya kan?" Haechan menggeleng
"Pinter-pinter lemot," Hyunjin berdiri dari duduknya, menengok jam yang tertempel di dinding. "Udah malem, bangunin sana."
Haechan mengangguk pelan, menepuk pundak Hyunae beberapa kali sambil memanggil namanya. "H-hm?" gumam Hyunae.
Mata yang tadinya sayup langsung terbuka lebar saat Hyunae melihat Hyunjin berdiri di seberangnya. "HEH!" pekiknya bahkan sampai berdiri dari duduknya.
"Apa?" tanya Hyunjin, "Ngapain lo di sini!?" Hyunae melihat sekeliling, tangan kanannya mengambil remot AC yang ada di atas nakas. "Gue bisa mukul lo pake ini!" ujarnya sembari menyodorkan remot AC itu pada Hyunjin.
Bukannya takut, Hyunjin malah tertawa singkat, menurunkan remot yang dipegang Hyunae. "Napa sih? Takut si Haechan gue bunuh? Kalo iya mah udah dari tadi kali."
"Ish!" Hyunae berlagak ingin memukul Hyunjin. Fokus Hyunae berganti saat Haechan menarik ujung seragamnya. "Udah malem, kamu pulang ya?"
Hyunae langsung memasang wajah cemberut andalannya, "Entaran lagi ajaaa, bang Lucas juga belom nelfon kan?" Haechan menghela nafas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bully || Lee Haechan
Fanfic"Aku ingin menjadi orang terakhir yang mengucapkan ini. Selamat ulang tahun." [Bully] Di saat mencintai seseorang bukanlah lagi sekedar berbagi rasa, melainkan berbagi segala. Termasuk kehidupan dan salam perpisahan.