PROLOGUE

30.7K 2.3K 803
                                    

"Ayo, tangkep kalo bisa!"

Seorang anak laki-laki yang giginya ompong berteriak sambil berlari, di belakangnya dua anak laki-laki lainnya mengejarnya.

"Awas ya nanti kalau kena!" balas seorang anak laki-laki lain yang masih terus berusaha mengejar anak laki-laki itu.

"Ayo dong, Hoon. Cepetan!" protes anak laki-laki itu, pada temannya yang tertinggal di belakang.

"Aku capek!" keluh anak laki-laki bertubuh kecil itu.

"Yaudah ayo aku gendong!" anak laki-laki itu berjongkok, tak lama anak laki-laki bertubuh kecil itu naik ke punggungnya.

"Siap ya? Aku mau lari nih!"

Anak laki-laki bertubuh kecil itu berpegang erat saat temannya mulai berlari. "Jay awas ya! Kita pasti bisa tangkap kamu!" teriaknya dari gendongan sang teman.

Sedangkan Jay- anak laki-laki bergigi ompong itu tertawa melihat kedua temannya. Terutama Jake yang terlihat kesusahan menggendong Sunghoon karena sebenarnya besar mereka tidak terlalu berbeda.

Jay mulai berlari lagi meninggalkan Jake dan Sunghoon, sampai langkahnya melambat ketika melihat sebuah truk yang membawa banyak barang berhenti tepat di seberang rumahnya.

"Nah kena!" Sunghoon menarik baju Jay dari gendongan Jake.

Namun Jay diam saja, anak laki-laki berumur lima tahun itu tengah fokus memandang orang-orang yang tengah sibuk menurunkan barang-barang dari sebuah truk.

"Itu siapa?" tanya Jake pada Jay, sambil menurunkan Sunghoon dari gendongannya.

"Enggak tau." jawab Jay polos.

Ketiga anak laki-laki itu berdiri di sana hingga barang-barang selesai diturunkan. Matahari mulai terbenam, sorot jingganya menyinari ketiga anak yang tengah menyaksikan truk pembawa barang itu pergi.

Tepat setelah truk itu pergi, terlihat dua orang anak laki-laki berdiri di depan rumah tersebut. Satunya bertubuh cukup tinggi dan berkacamata, sedangkan yang satu bertubuh gempal dan berpipi chubby.

Mereka bertatapan cukup lama, saling memperhatikan satu sama lain. Jake diam, terlihat bingung. Sunghoon berpegangan pada Jake, dia terlihat malu. Anak laki-laki berubuh gempal di seberang juga bersembunyi di balik tubuh kakaknya. Dia terlihat malu dan takut.

Berbeda dengan Jake dan Sunghoon, Jay justru beranjak mendekati keduanya.

"Wah, kalian baru pindah ya?"

Anak laki-laki bertubuh tinggi itu mengamati Jay, kemudian mengangguk. "Iya."

"Kenalin, namaku Jay. Itu yang di sana, yang kanan namanya Jake, yang kiri namanya Sunghoon. Rumahku yang ini." Jay menujuk rumah yang tepat di depan rumah anak laki-laki itu. "Nah, kalo rumahnya Sunghoon yang itu." Dia menunjuk rumah di sebelah rumahnya. "Kalo rumahnya Jake yang itu." Dia menunjuk rumah tepat di sebelah rumah anak laki-laki itu.

"Nama kamu siapa?"

"Aku Heeseung."

Jay manggut-manggut, "Yang itu?" Jay menunjuk anak laki-laki berpipi chubby yang masih setia bersembunyi di balik tubuh kakaknya.

"Ini adik aku, namanya Jungwon."

"Hai Jungwon!" Jay tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang tidak lengkap itu. Sedangkan Jungwon malah semakin mengeratkan pegangannya pada Heeseung.

"Ih, pipi kamu tembem banget. Lucu!" Jay menoel-noel pipi Jungwon sambil tertawa-tawa.

Selanjutnya, bukannya terdengar suara tawa, malah terdengar suara tangis sebagai balasan.

Every (Little) Thing ; Jaywon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang