20

7.1K 1.1K 325
                                    

Pagi ini rumah itu terlihat sepi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Jay mendekat, berpegang pada gerbang rumah itu melihat lebih dekat lagi, tetapi seperti sebelumya tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya kehidupan di rumah itu.

Jay berdiam diri di depan gerbang, menatap rumah yang masih saja sepi sama seperti tadi. Padahal dia bisa saja langsung masuk seperti biasanya, tapi entah kenapa hari ini dia tidak ingin melakukan itu.

Jay berjalan bolak-balik di depan gerbang. Sesekali dirinya melirik bel yang terpasang pada tembok dekat gerbang.

Tidak. Dia tidak boleh memencetnya. Jay berhenti, berbalik kemudian mendekati bel rumah itu, tangannya tergerak untuk memencetnya saja.

Baru saja dia menyentuh bel itu, dia memukul tangannya sendiri. Tidak! Tidak boleh! Dia tidak boleh memencetnya! Jay kembali mondar-mandir lagi.

"Ngapain lo?"

"Astaga!" Jay terlonjak sampai menabrak pagar dan menimbulkan bunyi yang cukup keras.

Sunghoon- orang yang mengejutkan Jay itu, menatapnya penuh selidik. Sedetik setelahnya cowok itu tersenyum meledek, "Lo lagi nungguin Jungwon ya?"

Jay melotot, setelahnya terbatuk keras. "Mana ada! Ya kali gue nungguin Jungwon. Ngapain juga." Jay membuang pandangan setelahnya.

Sunghoon mendengus, "Udah berangkat anaknya. Tadi gue papasan di depan gerbang komplek waktu habis beli bubur." Sunghoon mengangkat plastik bubur yang baru dibelinya itu.

Jay masih mempertahankan posisinya tidak menatap Sunghoon, "Gue gak tanya."

"Gue cuma ngasih tau."

"Gue gak mau tau."

Sunghoon menggedikan bahunya, "Ya suka-suka lo lah. Gue masuk dulu."

Jay memperhatikan Sunghoon sampai cowok itu hilang dibalik gerbang rumahnya. Merasa cowok itu tidak akan melihatnya, tanpa menunggu lebih lama lagi Jay langsung berlari meninggalkan tempat itu dengan harapan semoga dia tidak terlambat.

Kemana lagi? Halte bus tentu saja.

- - -

Jungwon menatap jalanan yang bertambah ramai seiring dengan bertambahnya waktu. Cowok manis itu melihat jam di pergelangan tangannya, seharusnya bus yang biasa dia tumpangi sudah sampai, tapi sampai sekarang belum terlihat tanda-tanda bus itu akan datang. Sesekali Jungwon mengayun-ayunkan kakinya, melihat sekeliling dimana banyak orang yang tengah menunggu bus juga seperti dirinya.

Jungwon memandang jalanan lagi. Cowok itu melamun. Sejak kejadian kemarin malam dia tidak menengok atau menanyakan kabar Jay lagi sampai sekarang. Jungwon mengamati kakinya yang terayun, dia khawatir, tetapi dia juga tidak bisa membohongi perasaannya sendiri.

Saat pulang malam itu, dia berpesan pada si mbak di rumah Jay untuk tepat waktu memberikan cowok itu obat dan jangan lupa untuk menggerusnya menjadi bubuk karena Jay tidak bisa minum obat selain sirup. Jungwon menjelaskanya karena dia tau mbak yang sekarang bekerja di rumah Jay itu bukan mbak yang merawat cowok itu dari kecil, jadi pasti dia tidak tahu banyak tentang Jay.

Saat sedang asyik-asyiknya melamun, tiba-tiba bangku panjang yang di dudukinya berderit menandakan adanya seseorang yang duduk di sampingnya.

"Kak Jay?"

Jay menoleh, mendapati Jungwon yang terkejut melihatnya. "Eh, ada lo, Won. Udah lama?"

Jay mengigit bibirnya. Apa sih yang ada dipikirannya? Kenapa dia bertanya seperti itu padahal dia sudah mengamati Jungwon dari kejauhan dari sepuluh menit yang lalu?

Every (Little) Thing ; Jaywon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang