Author POV
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Sarada pada putra sulung dari Uzumaki Naruto itu.
"Uhmm...anu...tapi kau janji jangan memberi tau siapa-siapa ya Sarada? Dan jangan menertawai ku ttebasa" Jawab Boruto dengan tatapan khawatir.
"Baiklah, tenang saja"
"Jadi begini...anu... sebenarnya aku mencintai seseorang, tapi aku tak tau jika dia mencintai ku juga. Menurut mu bagaimana Salad?" Jelas Boruto
Hati Sarada seketika hancur setelah mendengar kata-kata Boruto. Ternyata orang yang dicintai nya selamat ini sudah memiliki orang lain di hati nya. Walaupun begitu Sarada hanya tersenyum miris, sambil menahan air matanya keluar.
"Ok, jadi sebenernya siapa orang yang kau cintai itu? Mungkin jika aku mengenalnya aku bisa memberi tau mu apa yang ia suka dan tak suka. Jadi kau tidak kebingungan jika ingin menembaknya" Jelas Sarada panjang lebar.
Si sulung Uzumaki merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya. Ia tau betul bahwa senyuman yang Sarada tampilkan adalah senyuman palsu.
"Orang yang aku cintai itu...uhm...Sumire"
'ketua kelas?' Batin Sarada. Kini dadanya terasa sesak, matanya memanas, dan tubuhnya jadi lemas. Sarada benar-benar kehabisan kata-kata.
"Sarada? Kau kenapa ttebasa?" Akhirnya Boruto bertanya setelah beberapa menit tidak mendapat respon dari Sarada.
"Hah? Apa?" Akhirnya Sarada memberi respon, ya... walaupun tidak nyambung.
"Aku bilang aku menyukai Sumire, lalu kau tiba-tiba diam dan tak merespon kata-kata ku dattebasa" Jelas Boruto.
"Oo...be...begitu ya, menurutku jika kau ingin menembaknya, kau gunakan cara yang simpel saja. Ketua kelas itu orangnya pemalu, jadi jangan sampai dia pingsan ketika kau menembaknya." Jawab Sarada dengan berat hati, sebenarnya Sarada sudah ingin menangis sekarang, tapi ia harus terlihat kuat didepan sahabatnya dan mendukungnya agar bisa menjadikan Sumire sebagai kekasihnya.
"Baiklah. Tapi kapan aku akan melakukannya?" Tanya Boruto santai tanpa bertatap mata dengan gadis Uchiha itu. Boruto memang tidak peka, sma seperti ayahya. Apa Boruto harus menyelamatkan bumi dulu untuk menyadari perasaan Sarada terhadapnya? Ntah lah, yang jelas dia tidak akan menyadarinya di waktu yang dekat.
"Kenapa kau menanyakan padaku? Itu terserah kau, kau kan yang akan menembaknya, bukan aku." Sarada sudah tidak kuat, akhirnya dia memutuskan untuk pulang.
"Anu...maaf bolt, a...aku harus membantu mama memasak makan malam, jaa-naa" Belum sempat Boruto menjawab, Sarada sudah pergi duluan. Sepanjang perjalanan pulang, air mata Sarada terus mengalir deras, sampai akhirnya ia melewati kedai burger yang biasa jadi tempat berkumpulnya Sarada dan teman-temannya. Tanpa Sarada sadari semua teman-temannya melihat Sarada berlari sambil menangis.
Di dalam kedai burger
"Hei, lihat, itu Sarada kan?" Tanya seorang pria berambut nanas pada teman-temannya. "Kau benar Shikadai. Hei gendut lihatlah, itu sahabatmu bukan?" Inojin bertanya pada rekan 1 tim nya, Chocho. "Hei aku punya nama tau! Dan soal pertanyaan mu tadi, ya tadi itu Sarada, memangnya kenapa?" Tanya balik perempuan berambut coklat dengan kulit sawo matang itu.
"Huhh... kau ini, apa kau tidak melihat tadi dia sedang menangis?" (Shikadai)
"Kau harus lebih perhatian dengan detail-detail kecil seperti tadi tau! Kalau tidak kau akan..." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya Chocho sudah berlari menyusul Sarada.
"Sarada! Tunggu!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.See you
YOU ARE READING
The Other World
FanfictionDisclaimer: Tokoh-tokoh di fanfic ini milik Masashi Kishimoto. Dan semua gambar di fanfic ini bukan punya author Setelah tersedot portal yang entah muncul dari mana, Boruto dan Sarada tiba disebuah dunia dimana tidak ada Shinobi satu pun, melainkan...