Keluarga Baru

145 12 2
                                    

Sarada POV

Apa sebenarnya yang terjadi. Hanya beberapa hari lalu semuanya normal-normal saja, aku dan tim ku sedang menjalankan misi, dan tiba-tiba saja aku dan Boruto berada di dunia aenh yang segala hal nya sama saja. Sebenarnya apa arti dari semua ini.

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" Tanya Boruto dengan hati-hati.

"Beberapa jam setelah mereka berangkat, kami mendapat kabar bahawa mobil yang mereka pakai menabrak pohon. Keadaan mobil itu sudah hancur. Polisi yang mengabari kami berkata, kalau tidak mungkin putra putri kami selamat dalam kecelakaan itu. Tapi tubuh mereka tidak ditemukan, sampai sekarang"

Mendengar ucapan bibi Hinata, aku terkejut. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Apa maksudnya?

"Kami juga merindukan orang tua kami. Apalagi kami belum terlalu mengenal mereka" Ucap Boruto. Aku tau dia juga sedih, apalagi dia belum sepenuhnya memaafkan nanadaime saat ulang tahun Himawari.

"Sebenarnya, kami ingin menanyakan pendapat kalian" Mulai Sasuke kepada topik yang sudah ditunggu-tunggu.

"Pendapat apa / ttebasa?" Tanya kami berbarengan lagi.

"Apa kalian akan bahagia jika kalian mendapat keluarga baru?" Tanya bibi Hinata dengan nada lembutnya. Itulah ciri khas dari seorang Hinata Hyuga yang sudah berganti marga menjadi Uzumaki.

"Tentu saja kami akan bahagia!" Teriak kami berdua. Kami sudah tau arah pembicaraan ini. Jadi kami menjawab 'ya' tanpa berpikir panjang.

"Jadi, apakah kalian mau jadi anak angkat kami?" Tanya mama pada kami yang sekarang sudah tersenyum lebar.

"KAMI MAU!" Teriak kami berdua dengan lantang dengan senyuman indah yang menghiasi wajah kami. Kami menghampiri orang dewasa di depan, aku memeluk  papa dan mama sedangkan Bolt memeluk Nanadaime dan bibi Hinata.

'Perasaaan ini, perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan' 

Setelah selesai berpelukan,  aku merasa kepala ku kembali berputar, dan sepertinya Boruto menyadari hal itu. Dia langsung menghampiriku dan menuntunku untuk berbaring di sofa

"Sarada, sebaiknya kau istirahat saja. Kau belum benar-benar sembuh, bagaimana jika kaupingsan lagi?" Ucap Boruto dengan nada khawatir. Setidaknya dia khawatir dengan keadaan ku yang sekarang ini. Tapi semua itu malah membuat ku semakin jatuh. Dan itu membuat ku susah untuk melupakannya.

"Boruto. Kelihatan nya kau sangat peduli pada Sarada ya. Apa kalian berpacaran?" Mendengar pertanyaan itu membuat pipiku memanas. Tapi, mengingat dengan kata 'berpacaran' bayangan Boruto dan Sumire yang sedang berpelukan kembali berputar di kepalaku, rasanya aku ingin menangis...tapi aku tidak bisa terus menangis. Lagipula Boruto sudah bahagia, dan aku tidak bisa merebut kebahagiaan'nya dan hanya mementingkan kebahagiaan ku saja.

"Tidak bibi, kami hanya sebatas sahabat" Ya, sahabat adalah kata yang tepat. Hanya saja aku berharap kami bisa jadi lebih dari sahabat.

Boruto POV

Aku bisa melihat air mata Sarada yang hampir jatuh saat mengatakan kalau kami hanya sebatas sahabat. Aku merasa sangat bersalah, tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah memeiliki pasangan sekarang, tapi aku tidak ingin Sarada terus menangisi ku.

"Benarkah? Kalau begitu apa kalian sudah memiliki pasangan?" Tanya kaa-san. Sarada menoleh padaku seolah berkata 'kau saja yang jawab'

"Aku sudah, tapi Sarada belum" Jawabku ragu-ragu. Aku menoleh pada Sarada yang sedang tersenyum ke arahku, walau aku tau itu senyuman palsu.

"Siapa pasanganmu Boruto?" (Sakura)

"Sumire Kakei"

"Oo begitu. Baiklah semoga hubungan kalian bertahan ya" (Hinata)

Aku hanya mengangguk.

"Ini sudah malam, kami akan pulang dan besok kami akan menjemput kalian" (Naruto)

"Kenapa tidak disini saja?" Tanya Sarada merebut pertenyaan ku.

"Kami masih ada keperluan, terutama aku dan dobe" Jawab paman Sasuke dengan wajah dan nada datarnya. Aku dan Sarada hanya mengangguk.

Setelah orang tua kami pergi, aku menutup pintu dengan perlahan, saat aku berbalik aku melihat Sarada sedang membawa semua piring kotor ke dapur, dan segera mencucinya dengan telaten. Aku menghampirinya dan menepuk pundaknya pelan.

"Hei, kamu gak denger nasihat aku ya. Kamu ini masih sakit, jangan dulu ngerjain pekerjaan rumah. Kau ini sangat keras kepala ttebasa"

"Tidak apa, lagian kan cuma cuci piring. Memang kamu bakalan mau cuci piring sebanyak ini?"

"Ya....gak mau sih"

"Tuh kan, yaudah kamu beresin ruang tamu aja sana. Dan jangan terlalu khawatir sama kesehatan aku, yang harus kamu khawatirin tuh Sumire"

"Hei, terakhir kali kamu bilang kamu gapapa kamu pingsan tau gak, dan kamu baru bangun beberapa jam yang lalu, jadi sekarang kamu harus istirahat. Sana-sana tidur" Aku mengusir Sarada dari daper dan menyuruhnya untuk segera beristirahat.

"Piringnya gimana?"

"Udah besok aja napa"

"Yaudah, selamat malam"

"Malam"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

See you

The Other WorldWhere stories live. Discover now