Berubah

4.6K 568 41
                                    

Minju terdiam mendengar respon Yujin yang terkesan berlebihan dan merendahkan di telinganya.

"Yaudah sana lo, lo pikir gue mau sekamar ama lo?" balas Minju ketus.

"Yaudah bye," Yujin keluar kamar. Dia duduk di ruang tamu sambil menonton tv.

Minju menghela nafas kasar.

Kalo beneran, serem sih. Mending gue pindah kamar.

Kalimat itu terus aja berputar di pikiran Minju. Memangnya menyeramkan ya?

**

Padahal baru satu hari, namun kini hubungan Minju dan Yujin terlihat tak baik - baik saja. Minju dan Yujin yang sebelumnya selalu saja bertengkar terlihat lebih akur sekarang.

Seokjin dan Jisoo awalnya sudah senang melihat bagaimana interaksi anak 'mereka' yang terlihat normal, tak terlihat keterpaksaan sama sekali. Namun hari ini sudah berubah. Bahkan Minju dan Yujin sama sekali tak saling lirik.

"Ekhm," Seokjin berdehem, cukup kuat hingga tiga pasang mata tertuju padanya.

"Kenapa, Pah?" tanya Jisoo.

"Hmm, Papa sedih ma, ini sarapan pertama papa dengan dua orang yang spesial buat papa. Tapi kenapa sepi banget," ucap Seokjin sambil melirik Yujin dan Minju secara bergantian.

"Papa pengen denger kalian bercengkrama, bahas apapun, jangan ada yang ditutup - tutupin," ucap Seokjin.

"Berangkat bareng atau gimana?" Minju membuka suara. Dia bicara pada Yujin.

"Tah," balas Yujin sambil mengangkat bahunya sedikit.

"Ck," Minju berdecak kesal kemudian kembali memakan sarapannya.

"Kalian ada masalah? Coba cerita, kita selesaikan sama - sama," ucap Jisoo. Minju dan Yujin kompak melihat ke arah Jisoo.

"Gak ada kok, Ma. Minju emang lagi gak mood ngobrol," jawab Minju, sebisa mungkin ia menunjukkan bahwa dia memang sedang badmood.

"Yang bener ya? Mama sedih kalau liat kalian diem - dieman. Yaudah lanjut sarapannya biar gak telat," ucap Jisoo sambil menunjukkan senyum bidadarinya.

"Iya," jawab Minju.














Yujin dan Minju berangkat ke Sekolah bersama. Minju duduk di bagian kemudi sementara Yujin di sampingnya. Suasana dalam mobil begitu hening , bahkan Yujin menggunakan benda kecil berwarna putih untuk menyumpal kedua telinganya.

"EH AWAS!" pekik Yujin saat mobil mereka nyaris saja menabrak wanita paruh baya yang hendak menyeberang.

"Lo gimana sih?!" bentak Yujin kemudian keluar dari mobil. Ia menghampiri wanita paruh baya yang terlihat gemetar.

Minju menatap keduanya dengan intens, walaupun ia tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi ia benar - benar bisa merasakan sifat hangat Yujin. Ini adalah sisi yang mungkin saja Seokjin tidak tahu.


T

it

Minju terlonjak kaget ketika suara klakson dari belakang. Ia meringis pelan kemudian mencari tempat yang dirasa sesuai untuk menepi dan menunggu Yujin. Minju kembali menoleh, Yujin masih berbicara pada wanita itu. Ada apa ini? Kenapa bisa Yujin bersikap begitu hangat seolah wanita itu adalah ibunya? Ia bahkan tak bersikap seperti itu pada Jisoo.

Melihat Yujin yang terlalu lama mengobrol, Minju memilih menghampiri keduanya. Jika dibiarkan, mereka akan terlambat sekolah.

"Tante bisa hubungin saya kalo ada apa - apa , Ok?" ini adalah percakapan pertama antara Yujin dan wanita itu yang bisa Minju dengar.

"Iya, Nak. Terima kasih ya," ucap wanita itu.

Sadar akan keberadaan Minju, Yujin berbalik dan memberi Minju tatapan tajam kemudian mengarahkan pandangannya ke wanita itu. Memberikan isyarat pada Minju agar segera meminta maaf.

"Bu, maafin saya ya," ucap Minju.

"Ah iya, ndak papa nak." ucap wanita itu kemudian melangkah pergi.

"Lama lo, kita bisa telat," omel Minju , tapi Yujin mengabaikannya seolah ucapan Minju hanyalah angin lalu.


Saat tiba di parkiran sekolah, Minju tak membiarkan Yujin langsung keluar. Ia menahan tangan gadis itu meski ditepis kasar oleh si pemilik.

"LO BISA DIEM GAK?!" bentak Yujin.

"Gue mau lurusin semuanya. Gue gak mau mama gue sedih," Ucap Minju.

"Lepasin tangan gue. Naji—"

"Bersikap baik di depan mama. Bisa?" Potong Minju.

"Gak."

"Lepasin gue bisa? Jijik gue ama lo,"







Gue straight
-unknow2k20

𝐌𝐲 𝐒𝐭𝐞𝐩 𝐒𝐢𝐬𝐭𝐞𝐫 | JINJOO [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang