The Wedding Day

6.8K 469 17
                                    

Arven akan secepatnya mengurus rencana pernikahannya dengan Naila. Dia tidak sabar lagi ingin melihat kehancuran Arsen. Dia hanya akan mengadakan acara sederhana karena tidak berminat melakukan acara besar. Mungkin pernikahan itu juga akan tertutup dengan dihadiri pihak keluarga dan kerabat dekat saja.

"Lo seriusan mau nikah, Ven? Sama siapa?" tanya Velo ketika Arven memberitahu rencana pernikahannya. Sahabatnya itu menatap Arven dengan tatapan tak percayanya.

"Ya serius lah. 'Kan kemarin lo sendiri yang mau gue nikah."

"Sama Aletta?"

"Bukan."

Kening Velo semakin dibuat mengernyit oleh jawaban Arven barusan. Kalau bukan Aletta lalu siapa lagi? Sementara Velo tahu kalau Arven sering bersama Aletta akhir-akhir ini.

"Nanti lo juga bakal tau."

Setelah berkata seperti itu, Arven pun melangkahkan kakinya meninggalkan Velo dengan kebingungannya.

Arven tersenyum sendiri membayangkan bagaimana hari-hari ke depannya. Dia pasti akan puas sekali melihat Arsen tersiksa karena wanita yang adiknya cintai itu akan menjadi istrinya.

Tiba-tiba saja ponsel Arven berdering. Arven pun langsung meraih ponsel yang ada di saku celananya. Dia bisa melihat kalau Aletta lah yang menelponnya.

"Halo Aletta..."

"Sayang... Malam ini kamu ke apartemen aku 'kan?"

Arven tersenyum mendengarnya. Meskipun dia akan menikahi Naila, namun hubungannya dengan Aletta tetaplah akan berlangsung seperti biasa. Lagipula dia dan Naila menikah bukan karena saling mencintai. Naila juga menikah dengannya karena memerlukan biaya untuk pengobatan ibunya. Jadi harusnya tidak masalah kalau dia tetap bersama Aletta sekalipun nanti sudah menjadi seorang suami. Apalagi lebih dulu hubungannya dengan Aletta daripada pernikahannya.

"Iya, Aletta..."

"Bagus deh. Aku tunggu ya sayang. Oh iya... Aku udah beliin kamu kondom yang banyak loh buat stok nanti malam."

Senyum Arven semakin merekah. Aletta tahu benar bagaimana cara menyenangkannya. Dia pun memasukkan ponselnya lagi ke saku celana saat sambungan mereka berakhir.

***

Hari sudah menunjukkan pukul delapan malam saat Arven mendatangi apartemen Aletta. Sekarang jam dinding pun sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Itu artinya sudah tiga jam mereka menghabiskan waktu untuk saling menghangatkan. Apalagi di luar sedang turun hujan yang membuat mereka semakin lengket satu sama lain.

Aletta berbaring di atas lengan kiri Arven. Tangannya mengusap dada Arven yang masih telanjang. Dia tersenyum ketika melihat tanda merah buatan bibirnya ada di dada laki-laki itu.

"Aku akan menikah, Aletta."

Aletta sontak mengangkat wajahnya. Dia menatap Arven dengan pandangan heran. "Bukannya kemarin kamu bilang ke aku, kalau kamu gak suka terikat? Kok tiba-tiba mau nikah?"

"Aku memang akan menikah. Tapi bukan seperti pernikahan pada umumnya. Pernikahan itu hanya akan aku jadikan status."

"Jadi maksudnya, kamu nikahin wanita itu bukan karena cinta?"

Arven menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia menarik selimut yang merosot dan hampir memperlihatkan kejantanannya ketika Aletta bergerak.

"Lalu hubungan ranjang kita?"

"Akan tetap seperti ini kalau kamu gak keberatan."

"Memangnya kamu gak mau nyentuh istri kamu nanti? Meskipun tanpa cinta, tapi aku rasa banyak pasangan suami istri yang ngelakuinnya. Bahkan kita aja bisa ngelakuin ini tanpa cinta."

Crazy AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang