Arven Gibran Antonie

24.8K 839 35
                                    

New story coming.....

Tandain typo yah....

***

Seorang laki-laki tampak melangkahkan kakinya di lorong rumah sakit ketika jam kerja malamnya sudah usai. Dia tersenyum untuk membalas sapaan orang-orang padanya. Arven Gibran Antonie namanya, atau lebih sering disapa Arven. Dia adalah salah satu dokter anak termuda di rumah sakit tempatnya bekerja. Dengan usia dua puluh tujuh tahun, Arven memiliki semua yang dicari wanita pada seorang laki-laki.

Tampan? Jelas! Tidak ada yang bisa meragukan ketampanan Arven. Suster ataupun dokter muda di rumah sakit itu banyak yang mengincar dan suka mencari perhatiannya. Namun, Arven hanya menanggapi mereka sekilas.

Kaya? Pasti! Orang tuanya juga merupakan seorang dokter sekaligus salah satu pimpinan rumah sakit terbesar di kota itu. Meskipun begitu, dia tidak bekerja di rumah sakit sang papa. Dia lebih memilih mengabdikan diri di rumah sakit yang tidak ada sangkut kekerabatan dengannya.

Tentu saja tidak ada yang sempurna di dunia ini. Di balik semua yang Arven miliki, dia mempunyai satu kekurangan. Kalau kata sahabatnya-Velo, dia adalah laki-laki yang kurang perhatian. Padahal menurutnya, dia sudah cukup mendapatkan perhatian dari wanita yang biasa menemaninya saat malam hari.

"Lo gak pulang, Ven?"

Kepala Arven menoleh ke samping ketika mendengar pertanyaan itu. Dia hanya terkekeh kecil pada sahabatnya itu. "Pulang versi gue dan elo itu beda, Vel. Kalo lo pulang ke rumah buat nemuin istri lo. Kalau gue juga pulang sih. Cuma pulang ke pangkuan wanita-wanita gue."

Arven bisa melihat Velo menggeleng-gelengkan kepalanya. Sahabatnya itu sudah kenal betul siapa dia dan bagaimana wataknya. Velo memang sering menasihatinya untuk berhenti berpetualang dari satu ranjang ke ranjang yang lain. Hanya saja dia belum menemukan hidayah untuk bisa bertaubat. Dia masih menyukai kesenangan dunia dari makhluk Tuhan yang bernama wanita.

"Yaudah. Lo hati-hati aja. Jangan sampai lo menyesal nanti."

"Iya. Udah sana lo pulang. Kasihan Shiren nungguin lo."

Mereka berdua bersahabat tapi bukan berarti mempunyai sifat yang sama. Velo jelas tahu bagaimana caranya menghargai wanita sedangkan Arven tidak. Bagi Arven wanita itu adalah makhluk cantik yang hanya akan menyusahkan dan memoroti hartanya. Di saat dia kaya dan banyak uang, wanita itu berlomba-lomba mencari perhatiannya. Tapi jika saja suatu ketika dia jatuh miskin, Arven yakin tidak akan ada wanita yang mau dengannya sekalipun wajahnya tampan.

Sekarang ini sulit mencari wanita yang benar-benar tulus mencintai tanpa memandang materi. Maka dari itu sampai usianya yang sekarang, Arven masih tidak ingin menikah. Dia tak ingin kehidupan damainya terusik karena kehadiran seorang istri. Apalagi dia tipe laki-laki yang mudah bosan.

Seperti halnya Velo, Arven pun bersiap pulang. Tentu saja pulang yang dimaksud Arven bukanlah rumahnya, tapi tempat di mana dia bisa menemukan wanita yang bisa diajak bersenang-senang. Klub malam.

Wanita-wanita itu menginginkan uangnya, sedangkan Arven menginginkan kepuasan. Jadi Arven rasa sah-sah saja mereka bersenang-senang. Toh mereka pun melakukannya atas dasar suka sama suka. Apalagi tentunya wanita itu mendapatkan keuntungan yang lebih banyak sebab mendapatkan uang dan juga kepuasan sekaligus.

Arven melangkahkan kaki ke parkiran untuk menuju mobilnya. Dia langsung memasuki kendaraan yang akan membawanya ke tempat di mana dia akan merasakan surganya dunia.

Beberapa kali dalam seminggu Arven rutin mengunjungi tempat itu. Kalau menurut orang-orang sepertinya, tempat itu adalah surganya wanita. Tapi menurut orang-orang seperti Velo, tempat itu adalah ladangnya maksiat. Bagaimana tidak, di sana banyak terdapat berbagai macam wanita dengan pakaian kekurangan bahan. Bahkan tak jarang terlihat sepasang atau beberapa pasangan yang bercumbu mesra.

Crazy AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang