Aku gak memaksa kalian untuk menyukai ceritaku 😊 jadi kalau gak sesuai keinginan kalian, bisa tinggalkan saja 😉
Sekali lagi aku sebutkan kalau aku hanya bisa menulis cerita mainstream dengan konflik ringan. So, jangan terlalu berharap lebih, nanti kecewa 😊
Terima kasih buat yang sudah menyukai cerita² yang kubuat meskipun masih banyak kekurangannya. Terima kasih juga buat yang masih stay ngikutin cerita²ku. Lope u all 😘😍
***
Ucapan Arven memang sangat keterlaluan. Apalagi dia berkata seperti itu pada seorang wanita yang kini sudah menjadi ibu tirinya. Pantas memang jika dia mendapatkan tamparan karena perkataannya barusan. Tapi yang menamparnya bukanlah ibu tirinya itu, melainkan papanya sendiri.
"Jangan kurang ajar kamu, Arven! Biar bagaimanapun mama Indira sekarang sudah jadi mama kamu! Gak pantas rasanya kamu berbicara seperti itu sama dia!"
Arven bisa melihat tatapan papanya yang berkilat emosi. Sekali lagi dia katakan, kalau dia tidak peduli. Dia tidak akan pernah merasa bersalah karena ucapan yang sempat keluar dari bibirnya itu.
"Sampai kapanpun aku gak bakalan pernah nerima dia sebagai mama aku, Pa. Gak juga dengan anaknya itu! Mama aku cuma satu, yakni mama Diana. Gak akan ada seorang pun yang bisa gantiin posisi mama. Apalagi cuma wanita murahan itu? Dia sama sekali gak pantas jadi mama aku!"
"CUKUP ARVEN!"
Perkataan Arven yang tadi jelas saja semakin memancing emosi papanya. Dia bisa melihat tangan papanya kembali mengepal dan siap melayangkan tamparan ke wajahnya lagi.
"Udahlah, Mas."
Arven bisa mendengar wanita itu berbisik di telinga papanya. Dia mendecih sinis karena lagi dan lagi wanita itu berhasil menarik perhatian papanya. Bahkan tangan papanya yang tadi sempat mengepal pun batal hanya karena genggaman wanita itu. Hebat sekali wanita itu dalam mempengaruhi papanya.
"Arven bener 'kan, Pa? Karena sebelum jadi istri papa, dia hanyalah seorang selingkuhan. Papa bisa memakai dia kapan pun padahal kalian bukan suami istri. Sama aja 'kan kayak pelacur di luaran sana? Jadi apa salahnya kalau dia ngelacur sama Arven juga?"
PLAKKK
Wajah Arven langsung tertoleh ke samping ketika mendapatkan tamparan lagi. Kali ini tamparannya lebih kuat dari yang sebelumnya.
"Papa gak pernah ngajarin kamu jadi laki-laki brengsek kayak gini, Ven!"
"Papa memang gak mengajari aku secara langsung. Tapi aku meniru apa yang papa lakuin. Permisi!"
Arven menyudahi perdebatan mereka dan melangkah meninggalkan tempat itu untuk segera menuju kamarnya. Dia tertawa sinis ketika merasa pipinya yang berdenyut ngilu akibat tamparan sang papa. Dulu papanya sangat menyayanginya, bahkan tak pernah berlaku kasar padanya. Tapi setelah kehadiran wanita itu papanya jadi sering menamparnya seperti ini.
Arven membuka pintu kamarnya dan langsung melangkah masuk. Dia mendudukkan dirinya di atas kasur. Kehidupannya benar-benar berantakan setelah kehadiran wanita itu. Andai saja wanita itu tidak ada, mungkin dia masih berbahagia.
Sedikitpun Arven tidak memiliki niat untuk menjadikan ibu tirinya itu sebagai pelacurnya. Dia tidak suka pada wanita tua. Lagipula dia tidak berhasrat pada wanita yang telah menghancurkan rumah tangga orang tuanya. Dia mengatakan itu semata-mata hanyalah untuk membuat ibu tirinya marah. Syukur-syukur kalau dia tidak tahan lagi dan memutuskan untuk meninggalkan rumah ini.
***
Setiap pagi keluarga itu berkumpul untuk sarapan. Mereka sudah terlihat seperti keluarga bahagia tanpa kehadirannya. Arven pun tidak berniat bergabung bersama mereka. Yang ada dia tidak berselera makan kalau melihat orang-orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Agreement
RomansaWarning 21+ Arven (27 tahun) adalah laki-laki bebas yang tak suka terikat hubungan serius. Dia merupakan seorang dokter anak yang menyukai aktivitas membuat anak, namun tidak menginginkan kehadiran anak itu. Dialah laki-laki yang suka berkelana dari...