Holaaa? Masih ada yang belum tidur?🤣🤣
***
Naila perlahan-lahan mulai membuka mata. Dia menggerakkan tangan untuk menyentuh keningnya karena kepalanya yang masih terasa sedikit pusing. Tiba-tiba saja mata Naila menangkap keberadaan Arven setelah laki-laki itu pergi dan tak pulang-pulang.
"Minum obatnya."
Naila tak bergeming dan hanya menatap sekilas obat dan segelas air putih yang Arven letakkan di atas nakas samping tempat tidurnya. Dia masih terlalu bingung harus bersikap seperti apa pada Arven. Karena jujur hatinya masih sangat sakit sebab perlakuan Arven kemarin.
Merasa gemas dengan Naila yang hanya diam saja membuat Arven berinisiatif menyuruh Naila meminum obatnya. Dia membantu istrinya itu agar duduk bersandar di kepala ranjang. Lalu dia pun meraih obat dan air yang tadi dia letakkan di atas nakas.
"Buruan minum!" suruh Arven ketika lagi dan lagi Naila hanya diam saja. Dia letakkan obat itu ke telapak tangan Naila.
"Naila... kamu mau minum sendiri atau saya yang bantu? Jangan salahkan saya kalau kita berakhir seperti kemarin," ujar Arven berniat mengancam. Dan ternyata berhasil karena akhirnya Naila mau meminum obatnya. Arven pun menyerahkan gelas berisi air minum itu pada Naila.
"Lagian gara-gara berhubungan suami istri doang masa bisa sakit? Bukannya harusnya enak? Aletta aja ketagihan."
"Saya bukan Aletta, Dokter," sahut Naila karena lelah dibanding-bandingkan dengan Aletta. Dia sudah cukup mendengar Arven memuji wanita itu.
"Memang bukan. Aletta jelas lebih handal dari kamu. Dia tahu bagaimana cara nyenengin saya. Gak kayak kamu yang pasif."
"Kalau begitu... kenapa Dokter gak nikahin dia aja? Kenapa Dokter malah nikahin saya yang jelas gak ada apa-apanya dibanding dia? Bahkan saya langsung sakit kayak gini gara-gara Dokter sentuh. Gak kayak dia yang tahan dokter gauli," ujar Naila menohok hati.
"Kamu... udah tau kenapa kita menikah, Naila. Udahlah terima aja status kamu sebagai istri saya. Dan jangan lupa kalo istri harus ngelayanin suaminya. Nanti kapan-kapan saya akan minta dilayanin sama kamu lagi. Kamu harus siap dan gak boleh sakit kayak gini."
Tubuh Naila tersentak ketika mendengar ucapan Arven itu. Yang kemarin saja rasanya masih sangat sakit. Bagaimana jika nanti Arven menyentuhnya lagi dan rasanya tetap sakit? Lagi pula bukan kah Arven masih berhubungan dengan Aletta? Rasanya dia tidak rela kalau Arven menyentuhnya lagi sedangkan suaminya itu masih berhubungan dengan wanita lain.
"Sini... Biar saya cek mana yang iritasi."
"Jangan, Dokter."
Naila berusaha menolak saat Arven ingin memeriksanya. Jelas Arven tahu bagian mana yang mengalami iritasi. Dan dia malu kalau Arven harus melihat kewanitaannya lagi.
"Saya suami kamu." Tangan Arven sudah bergerak menyibak rok yang Naila pakai.
"Dokter..."
"Kamu diam atau saya gauli lagi?" ancam Arven. Dia tersenyum sinis saat melihat Naila terdiam karena takut dia sentuh kembali. Tangannya pun bekerja menarik lepas celana dalam yang menutupi kewanitaan Naila.
"Awwhh."
Arven menatap wajah Naila yang tiba-tiba meringis saat celana dalamnya dia lepas. Dia pun menundukkan wajahnya menuju kewanitaan Naila. Dan benar saja kalau ternyata kewanitaan istrinya itu agak membengkak dan terluka.
Tangan Arven tergerak untuk menyentuh kewanitaan Naila. Dia membelai lembut lembah surgawi yang kemarin sempat dia rasakan. Ringisan Naila pun kembali terdengar begitu tangannya menyentuh bagian yang membengkak itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Agreement
RomanceWarning 21+ Arven (27 tahun) adalah laki-laki bebas yang tak suka terikat hubungan serius. Dia merupakan seorang dokter anak yang menyukai aktivitas membuat anak, namun tidak menginginkan kehadiran anak itu. Dialah laki-laki yang suka berkelana dari...