Aletta tersenyum dalam pelukan Arven setelah mereka selesai berhubungan badan yang terakhir. Mereka masih sama-sama telanjang di balik selimut tebal yang membungkus tubuh keduanya. Aletta bahkan berbaring dengan kepalanya ada di atas dada Arven dan memeluk laki-laki itu posesif.
Beberapa waktu yang sudah Aletta lalui bersama Arven membuatnya menginginkan laki-laki itu sepenuhnya. Dia akan membuat Arven jatuh cinta dan mau menikahinya. Kalau perlu akan dia buat Arven menghamilinya agar laki-laki itu mau bertanggung jawab. Dia yakin Arven tak akan menolak, apalagi jika mengingat kalau laki-laki itu sangat menikmati saat mereka berhubungan badan.
Soal istri Arven, Aletta rasa bukan masalah besar. Toh jelas dialah pemenangnya karena dia yang Arven cari sebagai pelampiasan hasratnya. Jadi bisa dipastikan kalau wanita itu tidak berarti apa-apa bagi Arven.
"Jujur aku merasa nyaman sama kamu, Ven. Kamu berbeda dari laki-laki yang sebelumnya pernah tidur sama aku. Kamu jelas lebih bisa muasin aku, bahkan sampai lemas," ujar Aletta seraya mengelus dada Arven. Arven yang mendengarnya pun hanya terkekeh senang.
"Kamu juga Aletta, kamu wanita ternikmat yang pernah aku rasain. Aku rasa aku juga nyaman sama kamu."
"Jadi?" tanya Aletta seraya menggerakkan alisnya turun naik.
"Kamu mau gak jadi pacar aku?"
"Bukannya kamu udah punya istri? Aku gak mau ah kalo jadi selingkuhan kamu."
"Hubungan kita ini jauh lebih dulu dari pernikahan aku. Jadi apa bisa kamu disebut selingkuhan? Harusnya dialah yang disebut selingkuhan aku. Karena aku lebih dulu sama kamu, Aletta."
"Tapi dia 'kan istri sah kamu, ya tetap aku yang bakal dicap sebagai selingkuhan kamu. Sekalipun hubungan kita ini jauh lebih dulu."
"Intinya? Kamu mau apa enggak?"
"Ya mau lah," sahut Aletta tertawa yang membuat Arven ikut tertawa.
***
Arven baru saja keluar dari kamar mandi diikuti Aletta di belakangnya. Dia meraih pakaiannya yang tersimpan di lemari Aletta lantas memakainya. Terlalu sering menginap di apartemen Aletta membuat Arven memiliki cadangan pakaian di sana.
"Langsung ke rumah sakit atau pulang ke rumah dulu habis ini?"
"Kayaknya langsung ke rumah sakit aja sih. Lagian gak penting juga pulang ke rumah."
Aletta tersenyum mendengarnya. Dia pun menjingkitkan kakinya lalu mengecup bibir Arven. Arven pun balas meladeni lumatan bibir Aletta. "Makasih ya sayang morning sexnya," bisik Arven di telinga Aletta.
"Buat kamu apa sih yang enggak? Digauli sampai lemes juga aku mau," sahut Aletta yang membuat Arven tertawa.
"Lanjut nanti malem aja ya, sekarang aku mesti kerja."
"Beneran nanti malem ke sini lagi 'kan? Gak pulang ke rumah?"
"Iya sayang..."
***
Suasana makan pagi di kediaman keluarga Arven terasa hening. Hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Naila sendiri tak begitu menikmati makanannya karena memikirkan Arven yang sampai saat ini belum pulang juga. Padahal hari sudah berganti tapi suaminya masih tak kelihatan batang hidungnya.
"Naila kok tumben makannya dikit? Kamu gak lagi sakit 'kan sayang?"
Naila tersenyum lembut dan menggelengkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan mama mertuanya itu. "Enggak kok, Ma. Naila baik-baik aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Agreement
RomanceWarning 21+ Arven (27 tahun) adalah laki-laki bebas yang tak suka terikat hubungan serius. Dia merupakan seorang dokter anak yang menyukai aktivitas membuat anak, namun tidak menginginkan kehadiran anak itu. Dialah laki-laki yang suka berkelana dari...