Not a Virgin Anymore

8.4K 540 58
                                    

Naila tersentak ketika Arven menghentakkan kejantanannya lebih dalam. Rasa sakit itu pun masih saja menyapa setiap kali Arven bergerak cepat. Kini dia sudah telanjang seutuhnya setelah suaminya itu meloloskan sisa pakaian yang melekat di tubuhnya tadi. Ikatan di tangannya pun sudah Arven lepas. Arven juga sama polosnya dan sibuk menyetubuhinya tanpa ampun.

Air mata Naila kembali turun membasahi pipinya saat merasa pinggulnya ditampar oleh Arven. Kewanitaannya masih sakit dan ngilu, ditambah lagi dengan perlakuan kasar yang Arven lakukan. Apalagi ada satu hal yang semakin membuat hati Naila kian sakit.

"Akhhh Aletta..."

Sebagai seorang istri Naila merasa terhina karena Arven benar-benar tak menganggap kehadirannya. Arven menggaulinya dengan cara yang tak ada lembut-lembutnya sama sekali. Suaminya itu juga merebut paksa kesuciannya. Ditambah lagi, Arven malah mendesahkan nama Aletta padahal laki-laki itu sedang menggaulinya. Hati istri mana yang tak sakit kalau diperlakukan seperti itu?

Arven langsung menarik lepas kejantanannya begitu dia sampai pada puncak gairahnya. Dia tersenyum sinis melihat Naila yang tengkurap tak berdaya akibat dia setubuhi habis-habisan. Dia pun menyingkir dari atas tubuh Naila seraya melepas kondom yang sudah penuh dengan spermanya.

Naila menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Dia pun mendudukkan dirinya bersandar di kepala ranjang. Air mata lagi-lagi turun membasahi pipinya karena kewanitaanya masih terasa sakit saat dia bergerak. Noda merah di atas seprai kasur itu juga menjadi saksi bisu bagaimana Arven menyentuhnya secara kasar.

"Lumayan juga kamu."

Arven meraih celananya lantas memakainya di depan Naila. Dia hanya melirik sekilas ke arah Naila yang menangis sesenggukan. "Udahlah, gak usah nangis. Lagian lepas perawan sama suami sendiri juga."

Bukannya merasa bersalah, Arven malah berbicara seperti itu yang membuat perasaan Naila semakin terluka. Dengan acuh dia berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Arven mengguyur tubuhnya menggunakan air yang turun dari pancuran shower. Dia mengusap wajahnya kasar ketika ingat persetubuhannya tadi bersama Naila. Dia sadar kalau sudah menjilat ludahnya sendiri yang mengatakan tidak akan pernah menyentuh Naila. Dia juga mengingkari janjinya dengan Aletta yang tak akan menyentuh wanita lain. Namun, dia rasa Aletta tak akan tahu masalah ini kalau bukan dia sendiri yang memberitahu.

Tadinya Arven marah dan kecewa karena tahu kalau Arsen adalah anak kandung papanya. Yang itu artinya papanya sudah berselingkuh lama dari sang mama. Dia tidak terima mamanya diperlakukan seperti itu. Maka dari itu tanpa sadar dia malah meluapkan kemarahannya dengan menyentuh Naila. Dengan begini dia merasa puas karena sudah berhasil merebut Naila sepenuhnya dari Arsen. Kalaupun nanti mereka berpisah dan Naila memutuskan untuk menikah dengan Arsen, setidaknya Arsen tidak akan mendapatkan kegadisan Naila.

***

Begitu Arven keluar dari kamar mandi dan berpakaian, ternyata Naila masih saja meringkuk di atas kasur. Matanya melirik ke atas kasur yang ada noda darah perawan Naila. Senyum terbit di bibirnya karena merasa bangga sudah mendapatkan gadis perawan.

"Udah, mandi sana!" suruh Arven. Jangan harap dia akan bersikap lemah lembut karena sudah mendapatkan keperawanan Naila. Dia pun hanya mengedikkan bahunya acuh ketika Naila tetap tak bergeming di tempatnya. Lebih baik dia keluar dan memesan makanan karena perutnya sudah mulai lapar.

Arven bersiul penuh kemenangan saat dia berpapasan dengan Arsen. Dia merasa puas sekali karena sudah menyentuh wanita yang Arsen cintai. Apalagi matanya sempat melihat tangan Arsen yang mengepal marah.

"Brengsek lo, Bang! Kalau lo gak mengharapkan dia harusnya lo gak nyentuh dia! Sekarang apa? Lo bukan cuma nyakitin hati dia, tapi tubuhnya juga!"

Arsen sudah ingin melayangkan bogemannya ke wajah Arven. Tetapi Arven sigap menghindar dan balas mengunci tangan Arsen.

Crazy AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang