About Arven

6.5K 462 29
                                    

Setelah selesai membereskan peralatan shalatnya, Naila pun memutuskan keluar dari kamar. Dia berniat menuju dapur untuk membantu asisten rumah tangga keluarga Arven memasak sarapan. Dia sudah terbiasa membantu ibunya memasak dan mengerjakan pekerjaan lainnya. Sehingga dia merasa ada yang kurang kalau hanya berdiam diri seperti ini.

Ternyata di dapur tidak hanya ada asisten rumah tangga keluarga Arven, melainkan ada Indira yang juga sedang membantu Bik Mumun memasak. Setiap pagi Indira memang turun tangan langsung ikut memasak sarapan untuk suami dan anak-anaknya. Hanya saja sangat disayangkan Arven tak pernah mau memakan makanannya.

"Naila, kamu ada perlu apa ke dapur?" tanya Indira saat menyadari kehadiran Naila. Dia pun langsung mendekati menantunya itu. Naila memang hanya wanita sederhana yang tak mengenal kemewahan. Namun, ada sesuatu yang membuat wanita itu terlihat istimewa, yakni ketulusan dan kebaikannya. Bahkan Arsen saja bisa dengan mudah menyukai Naila. Dan semoga saja Arven juga melakukan hal yang sama. Indira sangat berharap kalau Arven bisa berubah dengan adanya Naila di rumah ini.

"Naila mau ikut bantuin masak, Ma."

"Oh yasudah. Kali-kali aja dengan kamu yang masak, Arven mau sarapan di rumah," ujar Indira tak lepas dengan senyum ramahnya itu.

"Jadi Dokter Arven gak pernah sarapan di rumah, Ma?" tanya Naila sambil memotong sayuran. Mereka memasak diselingi perbincangan ringan tentang Arven agar Naila bisa sedikit mengenal laki-laki yang merupakan suaminya itu.

Naila tentu saja terkejut karena dia memang tidak mengenal Arven sebelumnya. Laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu entah kenapa terasa sangat misterius bagi Naila. Arven tiba-tiba saja mengajukan syarat pernikahan padahal mereka tidak saling mencintai. Bahkan saling mengenal pun tidak

Sempat terlintas di pikiran Naila kalau Arven menikahinya karena menginginkan tubuhnya. Namun, dia langsung membuang pikiran itu karena dia jauh dari kata sempurna. Dia tidak cantik, dan tidak pula seksi. Harusnya kalau Arven memang seperti itu, laki-laki itu akan menikahi perempuan cantik juga seksi yang enak dipandang. Alih-alih ingin menyentuhnya saat mereka sudah menikah, Arven malah pergi entah ke mana di malam pertama pernikahan mereka. Jadi bisa disimpulkan kalau Arven menikahinya bukan karena menginginkan tubuhnya. Lalu sebenarnya apa? Apa tujuan laki-laki itu menikahi perempuan miskin dan jelek sepertinya?

"Iya, dia gak pernah mau makan di rumah. Padahal mama sudah masak makanan kesukaan dia, tapi tetap aja dia gak pernah mau makan."

Kebingungan Naila semakin bertambah setelah mendengar ucapan mama mertuanya. Dia seolah bisa merasakan kalau ada yang tidak beres dengan keluarga suaminya itu. Ah, dia bahkan baru menyadari tatapan tak bersahabat Arven pada Arsen saat pertama kali dia datang ke rumah ini.

"Arven seperti itu semenjak mama tinggal di rumah ini. Dia sangat membenci mama dan juga Arsen karena merasa kamilah penyebab mamanya meninggal," tambah Indira saat melihat kebingungan Naila.

Naila sendiri terkejut mendengarnya. Jadi ternyata wanita ini adalah ibu tirinya Arven. Arsen juga hanyalah adik tirinya. Pantas saja kalau Arven bersikap seperti itu karena rupanya dia tidak bisa menerima kehadiran mereka.

"Mama yang sabar ya, suatu saat Naila yakin kalau Dokter Arven bakal nerima kehadiran kalian." Naila bisa berkata seperti itu karena dia bisa merasakan mama mertuanya itu adalah wanita baik. Arsen juga sangat baik. Dia heran kenapa Arven tidak menyukai bahkan membenci orang sebaik mereka. Harusnya Arven malah bersyukur mempunyai keluarga baru seperti itu.

"Aamiin. Semoga aja, sayang. Mama bakalan sangat senang kalau Arven bisa menerima mama dan juga Arsen."

***

Acara memasak yang dilakukan Naila bersama Indira dan juga asisten rumah tangga mereka sudah selesai. Makanan itu kini sudah terhidang di atas meja makan. Hanya tinggal menunggu penghuni rumah untuk menuju meja makan saja.

Crazy AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang