Hurt

5.7K 479 46
                                    

Arven saat ini sudah berada di tempat acara. Dia sempat berbincang-bincang sebentar dengan yang punya acara. Tadi juga dia sudah bertemu dengan Velo yang datang bersama Shiren. Tentu saja sahabatnya itu sempat menanyakan di mana keberadaan Naila, namun hanya ditanggapi sekilas olehnya.

Saat ini Arven melangkah menuju meja tempat minuman berada. Dia meraih satu gelas lalu meneguknya sedikit demi sedikit untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Tiba-tiba saja pundaknya ditepuk dari belakang. Dia pun menoleh dan tersenyum ketika menyadari kehadiran Dokter Liam.

Arven mengalihkan pandangannya ke samping Dokter Liam. Dia menaikan alisnya ketika menemukan keberadaan Aletta di sana. Wanita cantik itu tersenyum penuh makna padanya.

"Sendirian aja, Ven?"

"Seperti yang Dokter lihat," sahut Arven seraya tersenyum. Matanya sesekali melirik ke arah Aletta.

Arven memang tidak mengundang kerabat di rumah sakit pada saat acara pernikahannya. Lagi pula dia tidak ingin ada yang tahu kalau dia memiliki istri sekampungan Naila. Sepertinya dia memang harus menyembunyikan status pernikahannya agar bisa tetap terlihat bersama Aletta. Apalagi dia juga tidak memakai cincin nikahnya sehingga tidak akan ada yang tahu kalau dia sudah menikah. Terkecuali Velo dan Aletta sendiri.

"Ya sudah, kamu temenin Aletta dulu ya. Saya mau menyapa yang punya acara dulu," ujar Dokter Liam lagi yang hanya diangguki oleh Arven.

Setelah kepergian Dokter Liam, langsung saja Aletta merangkul lengan Arven. "Malam ini kita gak bisa bareng dulu deh, sayang. Soalnya papi ngajak aku nginap di rumah. Kamu tau sendiri 'kan semenjak mami aku gak ada, papi jadi sendirian. Dia sebenarnya juga nyuruh aku tinggal di rumah lagi. Tapi aku tolak, habisnya kalau aku iyain 'kan kita gak bisa kayak biasa."

"Memangnya papi kamu gak mau nikah lagi?" tanya Arven. Dokter Liam memang sangat berbeda dengan papanya. Kalau Dokter Liam tidak berkeinginan menikah lagi semenjak ditinggal sang istri. Sedangkan papanya sudah berselingkuh dengan wanita lain semenjak mamanya masih hidup.

"Aku pernah nanya sih katanya belum mau. Dia bilang kalau aku udah nikah baru dia pertimbangkan buat nikah lagi. Gitu," jelas Aletta yang hanya diangguki oleh Arven.

"Kita jalan-jalan ke sana, yuk," ajak Aletta yang diangguki Arven. Mereka pun melangkah menjauhi kerumunan. Begitu tiba di tempat yang agak sepi, tiba-tiba saja Aletta berhenti melangkah yang membuat Arven mengernyitkan keningnya.

"Kok berhenti di sini?"

Pertanyaan Arven itu tidak langsung mendapatkan jawaban. Dia malah menerima sebuah kecupan di bibirnya. Aletta mencium bibirnya lebih dulu bahkan menekan tengkuknya. Wanita itu pun mulai melumat bibirnya yang langsung mendapat balasan dari Arven.

"Biar nanti gak kangen," ujar Aletta begitu ciuman mereka terlepas. Arven yang mendengarnya pun hanya terkekeh saja.

"Sama yang di bawah emangnya gak bakal kangen?" tanya Arven jail.

"Kamu mau? Ya boleh sih. Kita cari toilet aja kalau gitu," ujar Aletta yang membuat jiwa nakal Arven tertantang. Mereka pun akhirnya benar-benar mencari toilet untuk melampiaskan hasrat terlarang itu.

***

Begitu sampai rumah, Arven langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari sisa keringat saat dia dan Aletta menyatu tadi. Dia masih terbayang-bayang Aletta yang sangat menggairahkan dan selalu membuat hasratnya melonjak naik. Bersama Aletta dia seakan tidak pernah puas melakukan itu dan malah ingin lagi terus. Aletta benar-benar bisa memanjakannya melebihi wanita yang pernah berhubungan badan dengannya.

Arven mengakhiri acara mandinya dengan melilitkan handuk ke pinggangnya. Dia keluar dari kamar mandi seraya melangkah menuju lemari pakaian. Dia pun mengambil pakaian santainya lantas memakainya. Barulah setelah itu Arven menaiki ranjangnya untuk bersiap tidur. Dia bakan tidak begitu peduli dengan Naila yang sudah terlelap damai.

Crazy AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang