Naila cukup heran karena sudah beberapa hari ini Arven tidak lagi keluar malam. Laki-laki itu selalu pulang ke rumah setelah dari rumah sakit. Dia pun jadi bertanya-tanya mengapa Arven tidak mengunjungi Aletta. Padahal biasanya dalam seminggu suaminya rutin menemui wanita itu beberapa kali. Meskipun begitu, tak bisa dipungkiri kalau dia juga merasa senang jika akhirnya Arven sadar dan mengakhiri hubungannya dengan Aletta. Biar bagaimanapun hubungan Arven dan Aletta itu salah. Mereka bukan suami istri tapi sudah bertindak terlalu jauh. Naila heran bisa-bisanya ada perempuan seperti Aletta yang mau digauli tanpa terikat hubungan pernikahan.
Damian juga ikut senang dengan perubahan Arven itu. Dia merasa bersyukur kalau akhirnya Arven mau mendengarkannya untuk meninggalkan kebiasaan buruk itu. Dia masih sangat berharap kalau Arven bisa berubah dan menerima Naila. Sebab, dia sudah tak sabar lagi ingin menimang cucu dari anak pertamanya itu.
"Arven masih tetap gak mau makan bareng kita, Naila?" tanya Indira begitu Naila mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Arven makan di kamar. Kendatipun tidak menemui Aletta lagi, tapi sikap Arven masih sama kerasnya seperti sebelumnya.
"Iya, Ma. Maaf Naila belum bisa membuat Dokter Arven makan bareng kita," sahut Naila merasa bersalah karena melihat raut sedih mama dan papa mertuanya. Lalu pandangan Naila pun beralih pada Arsen yang tadi menghela napas kasar. Dia rasanya serba salah dengan laki-laki itu.
Beberapa hari yang lalu saat dia sakit, Arsen terlihat begitu khawatir padanya. Naila memang tidak bisa meragukan ketulusan hati lelaki itu. Arsen juga mengatakan kalau dia akan tetap menerima Naila sekalipun dia bukan perawan lagi.
Di satu sisi dia masih memiliki perasaan pada Arsen yang merupakan adik iparnya sendiri. Namun, di sisi lain dia adalah istri Arven dan rasanya tak pantas mencintai laki-laki lain selain suaminya. Meskipun pada kenyataannya pernikahan mereka tidak seperti pernikahan orang lain pada umumnya, tapi mereka tetaplah suami istri.
"Gak apa-apa kok sayang," sahut Indira seraya tersenyum. Naila pun balas tersenyum dan pamit untuk membawakan makanan untuk Arven. Dia melangkahkan kakinya meninggalkan ruang makan untuk menuju kamar mereka.
Setibanya di dalam kamar, Naila bisa melihat Arven sedang berkutat di depan laptop entah melakukan apa. Dia pun melangkahkan kaki semakin mendekati Arven.
"Makanannya Dokter."
Naila bisa melihat Arven menoleh padanya sebentar. Lalu suaminya itu hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Sudah saya bilang kalau saya bisa sendiri, Naila. Kamu mending istirahat."
"Saya sudah gak apa-apa, Dokter."
"Baguslah kalau gitu."
"Dokter tumben gak pergi?" tanya Naila karena penasaran.
Arven menatap Naila dengan kening berkerut. "Saya keluar menemui Aletta salah. Saya di rumah aja juga salah. Jadi mau kamu apa?" tanyanya seraya menatap Naila dengan alis yang turun naik.
"Dokter di rumah aja."
Istri mana yang senang melihat suaminya keluar dan bersenang-senang dengan wanita lain? Sekalipun pernikahan mereka tanpa cinta, tapi Naila tetap berharap kalau Arven akan berubah menjadi lebih baik.
"Ya sudah."
Naila sontak menatap Arven bingung. Apa maksud perkataan suaminya barusan? Apakah itu artinya Arven tidak akan menemui Aletta lagi? Kalau benar iya tentu mereka semua akan merasa senang.
"Mak-sud dokter?"
"Saya akan di rumah seperti kemauan kamu. Saya juga gak akan berhubungan dengan Aletta lagi karena ingin memperbaiki rumah tangga kita. Kamu mau 'kan menerima saya, Naila?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Agreement
RomanceWarning 21+ Arven (27 tahun) adalah laki-laki bebas yang tak suka terikat hubungan serius. Dia merupakan seorang dokter anak yang menyukai aktivitas membuat anak, namun tidak menginginkan kehadiran anak itu. Dialah laki-laki yang suka berkelana dari...