Operasi transplantasi ginjal untuk ibu dari wanita yang bahkan Arven tidak tahu namanya itu pun usai dilaksanakan setelah melakukan persiapan beberapa hari. Kini sang ibu sudah sadarkan diri meskipun kondisinya masih lemah dan harus beristirahat total.
"Ibu..."
Wanita itu menitikkan air mata haru dan langsung memeluk ibunya. Hanya ibunyalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Sehingga dia akan melakukan apapun demi kesembuhan sang ibu. Sekalipun mengorbankan dirinya untuk menikah dengan laki-laki yang tidak dia kenal.
"Naila... Dari mana kamu dapat uang buat biaya berobat ibu, sayang?" tanya wanita itu lemah. Tangannya tergerak untuk mengusap rambut sang anak.
Wanita itu yang ternyata bernama Naila pun mendongakkan wajahnya. Dia menoleh ke belakang di mana ada Arven di sana. Ibunya pun ikut menoleh untuk melihat apa yang dipandangi putrinya.
"Naila ditolongin Dokter Arven, Bu," sahutnya. Dia menoleh ke arah Arven tadi guna membaca nametag yang ada di jas Arven. Memang setelah beberapa hari bertemu, mereka hanya mengurusi persiapan untuk pencangkokan ginjal ibunya. Sehingga baik dia ataupun Arven belum sempat berkenalan secara langsung.
"Makasih ya, Dok. Dokter baik banget karena sudah mau membayar biaya rumah sakit saya. Saya janji akan segera menggantinya, Dok."
"Ibu tidak perlu mengganti apapun. Saya melakukan ini karena memang ingin membantu. Lagipula saya dan Naila akan segera menikah."
"Menikah?"
Naila cukup kaget saat Arven menyebutkan namanya. Rupanya laki-laki itu mengingat ketika ibunya memanggil tadi. Namun kemudian dia bisa melihat tatapan ibunya yang penuh tanda tanya.
"Iya, Bu. Naila akan menikah dengan Dokter Arven."
Naila menundukkan kepala begitu melihat sang ibu menatapnya intens. Dia tidak akan mampu menyembunyikan apapun dari ibunya. Sehingga dia takut kalau ibunya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kalau pernikahannya dengan Arven adalah syarat agar ibunya diselamatkan.
"Naila..."
"Ibu gak perlu pikirin apa-apa. Naila baik-baik aja kok, Bu."
Naila bisa melihat ibunya menghela napas lelah. Dia pun langsung memeluk ibu yang sangat dia sayangi itu.
"Yasudah kalau itu memang keputusan kalian. Ibu hanya bisa mendukung dan mendoakan kebahagian kalian."
"Terima kasih, Bu."
Pasca transplantasi ginjal itu Sekar-Ibunya Naila tetap harus dirawat di rumah sakit seminggu lamanya agar dokter bisa memantau perkembangan ginjal baru yang ada di tubuhnya. Selama itu pula Arven belum membahas lebih lanjut mengenai rencana pernikahan mereka. Dia baru akan membahasnya nanti setelah Sekar dinyatakan benar-benar sehat dan diperbolehkan pulang.
Arven melangkahkan kakinya keluar dari ruang perawatan Sekar dan berniat menuju ruangannya sendiri.
"Arven!"
Arven sontak saja menghentikan langkah kakinya saat mendengar namanya disebut. Dari suaranya dia seperti mengenali wanita yang baru saja memanggilnya. Benar saja, ketika dia membalikkan badannya dia bisa melihat Aletta yang tersenyum ke arahnya.
Wanita cantik itu melangkah mendekat dan langsung mencium pipinya. Arven yang diperlakukan seperti itu pun hanya tersenyum kecil. Wanita itu masih terlihat cantik dan seksi seperti kemarin.
"Siang nanti, makan siang bareng lagi mau?" tanya Aletta dengan senyum memikatnya.
"Boleh."
"Yaudah, sampai ketemu nanti ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Agreement
RomansaWarning 21+ Arven (27 tahun) adalah laki-laki bebas yang tak suka terikat hubungan serius. Dia merupakan seorang dokter anak yang menyukai aktivitas membuat anak, namun tidak menginginkan kehadiran anak itu. Dialah laki-laki yang suka berkelana dari...