Sick

6.7K 499 57
                                    

Jam kerja Arven telah usai beberapa menit yang lalu. Dia memutuskan merapikan ruangannya terlebih dahulu sebelum beranjak pulang. Baru saja Arven ingin meraih handle pintu dan membukanya tepat ketika ponsel di saku celananya berdering. Dia pun meraih ponsel itu dan menerima panggilan yang ternyata dari Aletta.

"Halo, sayang... malam ini kamu ke apartemen 'kan?" tanya Aletta langsung.

Arven terkekeh karena baru saja semalam dia libur dari kegiatan mengunjungi Aletta ke apartemen, tapi wanita itu sudah merindukannya saja.

"Iya, Aletta."

"Langsung ke apartemen 'kan? Gak pakai pulang-pulang dulu?"

"Iya, sayang."

"Yaudah aku tunggu ya, sayang."

Setelah sambungan itu terputus, Arven pun bergegas pulang menuju apartemen Aletta. Sesampainya di sana dia langsung disambut pelukan dan ciuman hangat dari wanita itu. Yang tentu saja tak pernah Arven sia-siakan. Dia selalu bergerak cepat kalau urusan berciuman atau melakukan hal yang lebih bersama Aletta.

"Kamu kayaknya cape banget deh, mandi dulu sana baru habis itu kita makan. Setelah itu kamu mau ngapain aku juga terserah," ujar Aletta dengan senyum memikatnya ketika dia melepaskan satu persatu kancing kemeja Arven.

Arven menurut. Dia pun melangkah masuk ke kamar mandi. Sementara Aletta menyiapkan makanan untuk mereka.

"Malam ini gue harus berhasil buat dia keluar di dalem. Gue harus secepatnya hamil anak Arven," gumam Aletta penuh kelicikan.

***

Arven hanya melirik Aletta yang saat ini menyenderkan kepala di bahunya. Mereka baru saja selesai menonton film romantis sesuai keinginan Aletta. Wanita itu tersenyum manis dan mulai menciumi bibirnya.

Aletta memang jauh berbeda jika dibandingkan dengan Naila. Aletta pandai berciuman sedangkan Naila tidak. Aletta bisa bersikap dominan dan memimpin percintaan mereka sementara Naila hanya diam dan pasrah. Kewanitaan Aletta terasa sempit, tapi rupanya Naila lebih sempit lagi karena belum pernah terjamah sebelumnya. Hanya saja sayang Naila tidak secantik dan seseksi Aletta.

"Love you," bisik Aletta seraya mengelus dada Arven dari balik kaos.

"Love you too."

Arven mulai mendorong dan menindih Aletta di sofa. Bibirnya bekerja mencium dan melumat bibir Aletta. Sementara tangannya meremas payudara wanita itu. Payudara Aletta jelas jauh lebih besar dari payudara Naila.

"Ahhh." Aletta mendesah seraya tersenyum saat Arven menunduk dan mulai mengerjai ujung payudaranya. Lelakinya itu aktif menghisap bahkan mengulum puncak dadanya. Sementara tangan Arven mulai menyeruak masuk ke balik celana dalamnya. Dan benar saja kini Arven pun sudah mengobrak-abrik kewanitaannya dengan jari kokohnya itu.

Arven rupanya tak sabar lagi. Dia menarik lepas celana dalam Aletta. Langsung saja dia membenamkan wajahnya di antara lipatan paha Aletta. Dia hisap dan dia sedot klitoris Aletta dengan buas hingga Aletta tak berhenti mendesah nikmat.

Setelah beberapa waktu dalam posisi seperti itu, akhirnya Aletta pun mengejang disertai keluarnya cairan dari kewanitaannya. Langsung saja Arven melahapnya hingga habis.

"Oh my god, kamu emang ahli banget deh soal beginian," puji Aletta yang hanya dibalas senyuman oleh Arven. Arven melepas kaus oblong yang melekat di tubuh berototnya. Dia juga menurunkan celananya hingga kejantanannya yang gagah bisa terbebas. Aletta pun langsung saja menyentuh dan meremas kejantanannya itu.

"Kondom di kamu masih ada 'kan, sayang? Soalnya aku lupa bawa."

"Loh, kan udah habis malam kemarin. Aku pikir kamu bawa," sahut Aletta di sela kegiatannya mengocok kejantanan Arven. Padahal masih ada sisa beberapa bungkus kondom lagi, namun dia sengaja berbohong agar Arven menggaulinya tanpa kondom. Dia pula sengaja menyembunyikan kondom Arven yang ada di dalam dompet. Syukurnya Arven tidak curiga dan mengira lupa membawanya.

Crazy AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang