Jeremy itu pendiam. Selalu menyimpan semua sendirian.
Saat bunda memutuskan pergi sambil menyeret kopernya dia masih tetap diam. Pun saat ayah tiba-tiba sering pulang malam dengan mulut bau juga langkah goyah dia tetap bisu.
Bukannya ingin menjadi seseorang yang tak peduli. Hanya saja Jeremy terlalu mengerti bahwa suaranya sia-sia dan tak mungkin didengar.
"Ada tetangga baru" kata ayah sambil mengusap kepalanya.
Dia hanya menggangguk enggan mengeluarkan suara kendati hatinya bersemangat.
"Dia kecil sekali" gumamnya saat anak tetangga itu dititipkan dirumahnya.
Dia menusuk pipinya.
Kenyal.
Dia mengusap rambutnya.
Lembut sekali.
Kemudian menarik bibir tipis bocah itu. Menampakkan gigi kecil nan teratur.
Biasanya Jeremy adalah seorang pemikir tapi entah kemana pikirannya hilang sehingga tau tau dia memasukkan jari telunjuknya kedalam mulut bocah itu.
Lengket.
Dia mengusap bekas jarinya ke baju.
Kemudian dia meraih tangan mungil itu. Dia berdecak bagaimana bisa ada manusia dengan tangan sekecil ini fikirnya. Padahal tangannya sama kecilnya.
Dia memainkan jari itu. Membengkokkan lalu meluruskannya lagi.
Sederhana. Tapi membuatnya terkikik senang.
Rasanya seperti menemukan kucing baru dengan wujud bocah mungil berbalut switer coklat.
☘️☘️☘️
Setelah malam dimana dia tertangkap basah mengganggu tidur anak tetangga. Jeremy jadi punya hobi baru.
Biasanya dia tidak pernah keluar rumah sendirian. Tapi pagi ini dia sengaja keluar rumah dengan dalih mengajak bongsik -kucingnya- berjalan-jalan pada ayah.
Dia hanya melangkah mengitari rumah tetangganya. Harap-harap bocah switer coklat itu akan keluar dan bermain bersamanya.
Satu kali putaran.
Tak ada suara apapun yang didengar.
Dua kali putaran.
Masih sepi, batinnya.
Tiga kali putaran.
"Papa asiiiinnnnn"
Senyumnya mengembang. Itu pasti suara bocah switer coklat.
Terpaku mendengarkan segala yang diucapkan tetangga barunya, membuat dia kehilangan jejak kucing kesayangannya.
"Oh ya ampun. Bongsik!" Panggilnya kemudian menuruni tangga.
Apapun yang terjadi dia harus menemukannya.
☘️☘️☘️
Menyesal.
Sumpah demi apapun Jeremy menyesal. Bagaimana bisa dia berbicara dengan nada juga tatapan menyeramkan pada bocah switer coklat yang dia tunggu.
Jeremy sebenarnya hanya gugup dan terlampau terkejut melihat kucing yang dicarinya malah berada pada pelukan bocah switer coklat.
"Ini kucingmu ??" Tanyanya dengan suara lucu juga tatapan ramah.
"Iya" jawab Jeremy dengan raut wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Roboh ✓
FanfictionApa yang bisa didapat dari soonggok rumah roboh ?? Authornya nulis pas lagi mabok drachin 'go ahead' jadi rada-rada mirip, kalau kata orang mah ✨ terinspirasi ✨ 🏅#1-jaemin { pada masanya } 🏅#2-brothership { pada masanya }