Insiden kemarin benar-benar membekas di benak Nana. Bukannya merasa bersalah, dia malah merasa senang bukan main. Entah apa alasannya.
Awalnya sih malu memang harus teriak 'KAMI BOLOS KE KANTIN BUAT LIAT KANG UDIN TAMPAN DAN BIK MARNI CANTIK' sambil lari keliling lapangan tengah dengan penonton satu sekolah.
Tapi nyatanya di putaran kedua mereka berempat malah tertawa seperti orang gila. Menertawakan diri sendiri yang bisa-bisanya ikut ide Chandra.
Dan hukuman itu berakhir begitu saja saat bel pergantian jam. Mereka lalu diseret untuk mengikuti pelajaran olahraga lagi.
Intinya adalah Nana tau pak Dio rupanya saja yang seram. Tapi sebenernya baik begitu. Buktinya dia bahkan tidak memberikan mereka poin pelanggaran. Atau mungkin karena fakta bahwa Rendi anak kepala sekolah juga berpengaruh besar. Dan dengar-dengar Pak Dio dan ayah Rendi juga bersahabat.
Lalu seperti kata Chandra kemarin tiba-tiba saja nama mereka berempat melambung tinggi. Mengalahkan juara olimpiade matematika tingkat nasional yang fotonya terpampang besar di lobi sekolah. Terima kasih juga pada Ujin yang dengan niat mengabadikan momen itu dan menggugahnya ke sosial media.
"Eh itu yang kemarin di hukum pak Dio kan ya ??"
"Iya tuh katanya anak IPA sih"
"Nama siapa sih ??"
"Nathan ?? Nathaniel kalau tidak salah"
Bahkan dari koridor Nana bisa mendengar penghuni sekolah membicarakan insiden kemarin. Jujur Nana tidak menyangka reaksinya akan seramai ini.
Tapi Nana yakin sekali mungkin yang kemarin akan jadi aksi terakhir mereka. Karena sesungguhnya mereka semua takut. Pak Dio bilang kalau mereka ketahuan lagi dia akan memanggil wali mereka masing-masing. Sekalipun Rendi sang anak kepala sekolah. Nana tentu tidak mau itu terjadi. Takut papa akan berubah jadi maung.
Dan kini keempatnya tengah menikmati makan siang dengan khidmat dikantin. Mengabaikan dengung bisik orang-orang disekitar mereka.
"Permisi. Disini Jeremy yang mana ya ??"
Makan nikmat mereka dipotong oleh seorang siswi lengkap dengan cengiran karena tak enak mengganggu mereka.
"Ini" kompak ketiga orang lainnya menunjuk Jeremy yang tengah memisahkan telur dalam baksonya untuk Nana.
"Oh iya. Jeremy dipanggil pak Dio katanya suruh ke ruangannya"
Mereka terpekur. Masalah apa lagi ??
"Kenapa ??" Rendi mewakili pertanyaan mereka.
Gadis itu mengendikkan bahu tapi kemudian berkata dengan ringan.
"Katanya orang tuanya mau bertemu"
☘️☘️☘️
Sepanjang perjalanan ke ruang BK, otak Jeremy selalu berputar. Mendengungkan tanya yang dari tadi bersarang. Jika memang itu ayahnya atau Papa untuk apa pula mencarinya ke sekolah toh juga dirumah nanti bisa bertemu.
Saat sudah didepan pintu coklat itu dia terdiam sejenak sebelum tangannya terulur mengetuk pelan pintu itu.
"Siapa ??" Suara pak Dio terdengar dari dalam.
"Jeremy pak"
"Masuk nak"
Jeremy kemudian melangkah masuk berhadapan dengan pak Dio yang duduk di kursinya.
"Ada apa ya pak ??"
"Oh ini orang tuamu katanya ingin bertemu" tunjuk pak Dio pada sosok yang duduk di sofa membelakangi Jeremy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Roboh ✓
FanfictionApa yang bisa didapat dari soonggok rumah roboh ?? Authornya nulis pas lagi mabok drachin 'go ahead' jadi rada-rada mirip, kalau kata orang mah ✨ terinspirasi ✨ 🏅#1-jaemin { pada masanya } 🏅#2-brothership { pada masanya }