Roboh -3-

8.9K 1.5K 182
                                    

Sudah dua hari lamanya Nana menahan diri untuk sekedar menegur Jeff yang seperti mengabaikan eksistensinya.

Jadi hari ini dia memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit sepulang sekolah. Inginnya sih kemarin hanya saja latihan club taekwondo dimulai kemarin.

Sesayang-sayangnya Nana pada Jeff dia akan lebih memilih ikut latihan dari pada ke rumah sakit. Iya Nana lebih memilih taekwondo dari ayahnya sendiri.

Nana berjalan santai di lorong rumah sakit yang sudah dihafal di luar kepala. Bukan sekali dua kali Nana kesini soalnya.

"Kak Nana!" Panggilan dengan nada ceria itu mengalihkan atensinya. Menatap anak perempuan dengan topi juga celana di atas lutut. Sedikit meringis karena biasanya dia menemukan anak itu dalam balutan dress.

"Caca ikut om Doy ya ?? Bukan dokter cantik ??" Tanya Nana sambil mendekati anak yang masih asik sendiri berjongkok didepan semak-semak. Entah apa yang dia lakukan.

"Iya mama kan pergi ke Lembang seminggu"

Nana mengangguk paham. Pantas baju Caca macam anak jalanan. Ternyata yang ngurus Doy sendiri.

"Kakak kesini mau ketemu om ganteng ya ??"

Nana sedikit mengernyit tidak suka mendengar panggilang 'om ganteng' untuk Jeff.

"Jangan panggil papa ganteng Ca. Nanti dia kepedean padahalkan Nana lebih tampan"

Caca menggelengkan kepala dengan jari telunjuk bergerak kiri kanan didepan wajah.

"Bagi Caca om Jeff paling tampan"

"Lebih tampan dari papanya Caca ??"

Caca mengangguk semangat.

"Iyalah. Papanya Caca mana tampan. Mama saja yang mau-maunya nikah sama papa"

Nana sedikit meringis kemudian bangkit dan mengelus kepala anak 8 tahun itu.

"Ya sudah kakak mau pergi dulu ya"

Belum sepenuhnya beranjak tangan Nana ditarik begitu saja.

"Ih main itu dulu. Ajarin" tunjuknya pada piano coklat tua.

"Tapi-"

"Ayoo"

Caca dengan semangat menyeret Nana ke arah piano itu. Do'a kan Nana agar tidak lupa tujuan datang kemari ya.

☘️☘️☘️

Nana walaupun sekarang adalah seorang remaja nyaris 16 tahun itu masih tetap sama. Cepat sekali teralihkan perhatiannya. Apalagi jika itu menyangkut piano dan anak-anak.

Saat dia bermain piano tiba-tiba anak-anak bangsal mengerubunginya pun dengan beberapa wali dari mereka. Caca yang mengajak tentu saja duduk disebelahnya. Ikut menekan tuts piano dengan asal. Tapi beruntungnya Nana bisa mengimbangi, membuat nada acak itu terdengar se-iras.

Terlalu asik bermain Nana bahkan lupa tujuan utamanya ke rumah sakit. Dia malah bermain dengan Caca juga anak lainnya. Sibuk tertawa. Tanpa sadar Jeff dan Doy memperhatikan dari jauh.

"Nana semakin jago ya"

"Setiap malam dia memainkannya bersama Chandra. Tapi kalau menurutku jika dibandingkan Chandra, Nana belum sejago itu"

Doy menggeleng sedikit takjub pada Jeff. Membesarkan dua anak sendiri itu bukan perkara mudah. Terlebih salah satunya bahkan tak ada hubungan darah dengannya.

Doy saja yang membesarkan Caca berdua dengan Rea saja kewalahan. Ditinggal semingu saja Caca hampir terlihat seperti berandal. Oke itu berlebihan. Tapi Doy masih tetap kagum pada Jeff.

Rumah Roboh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang