Weekend adalah hari dimana Nana memutuskan akan jadi beruang seharian. Tidur berguling-guling. Entah itu dikamarnya atau bahkan di karpet ruang keluarga.
Jeff sudah berkali-kali mengingatkan Nana untuk aktif bergerak yang hanya dibalas dengan anggukan tapi tak pernah terlaksana.
Jeff dan Chandra tentu saja tidak ada dirumah sibuk membantu Theo dan Jeremy di restoran. Nana mana mau ikut jika tubuhnya sudah menyentuh kasur. Sekalipun tangannya ditarik pun dia akan tetap memaku. Membiarkan siapapun yang menariknya berakhir menyerah sendiri.
"Tenangnya~"
Dan kini Nana tengah di apartemen sendirian dengan selimut tebal bergelung dihadapan TV. Nyaman sekali terlebih sekarang dia sendirian.
Waktu-waktu semacam ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Tak boleh tersia-siakan. Makanya Nana memanfaatkannya dengan rebahan sepanjang hari. Sungguh bermanfaat.
"Babababa"
"Bababbaba"
Tapi agaknya membiarkan Nana sendiri juga tidak baik. Lihat bagaimana dia mengikuti setiap perkataan kelinci di televisi yang hanya mengatakan 'bababa' berulang-ulang.
"Ah tidak seru. Itu profesornya bodoh sekali"
Mematikan televisi kemudian bangkit. Sesuatu hal yang berat untuk dilakukan.
"Kenapa Echan ikut papa sih ishh" gumamnya sambil membuka kulkas yang isinya hanya telur dan daun bawang.
"What ??!"
Hah. Melelahkan. Tenaganya yang tersisa haruskah dia gunakan sia-sia hanya untuk berjalan ke minimarket seberang.
"Ah lapar"
Dan pada akhirnya Nana mengalah. Perutnya benar-benar merepotkan.
☘️☘️☘️
Berbelanja sendiri walaupun hanya ke minimarket seberang jalan itu merepotkan. Tapi untungnya sang kasir penjaga punya senyum yang manis. Apalagi suaranya yang halus saat berucap "selamat datang, selamat berbelanja"
Nana tidak menyesal. Kalorinya yang terbuang saat berjalan kaki dan menyeberang jalan tidak sia-sia.
"Beli mie jinjja pedas sajalah mumpung papa tidak dirumah" gumamnya sambil memilih mie instan. Siapa tau dapat foto cart yang bagus.
"Oh kopi cobain kuy" katanya saat melewati barisan kopi, gula dan lainnya. Menimang-nimang dan melihatnya bolak-balik. Padahal sama saja tapi sekali lagi terserah Nana.
"Harus cobain kuy nih" katanya sambil memasukkan ke dalam troli. Iya Nana menggunakan troli hanya untuk membeli camilan yang ujung-ujungnya hanya berisi satu mie instan dan keripik kentang.
"Eh eh ada teh jinjja mashita juga. Manthul"
Dasar korban iklan. Untung Nana hanya sendiri coba jika ada Chandra disini mereka mungkin akan melakukan parodi drama memuakkan dengan mengikuti semua iklan produk yang mereka lewati. Dan ngomong-ngomong itu pernah terjadi.
Setelah selesai berbelanja Nana berjalan perlahan tidak lupa mengedipkan sebelah matanya pada kasir manis sebagai salam perpisahan.
"Duddudu trututu nananana~"
Suasana hati Nana sedang dalam keadaan bagus. Sehingga sepanjang jalan dia bersenandung pelan. Acak sih tapi kan Nana mana peduli.
Menaiki tangga dengan mulut bersenandung juga kepala menggeleng pelan seolah dia tengah mendengarkan lagu.
"Loh ??"
Nana berhenti sejenak menatap seorang wanita yang berdiri tepat didepan pintu apartemen Theo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Roboh ✓
FanficApa yang bisa didapat dari soonggok rumah roboh ?? Authornya nulis pas lagi mabok drachin 'go ahead' jadi rada-rada mirip, kalau kata orang mah ✨ terinspirasi ✨ 🏅#1-jaemin { pada masanya } 🏅#2-brothership { pada masanya }