"What was it like to lose him?" asked Sorrow.
There was a long pause before I responded:
It was like hearing every goodbye ever said to me--said all at once.
(Lang Leav)
Aku kembali terbangun di tempat yang sama, di pinggir pantai dengan pemandangan senja yang begitu indah dan entah mengapa terasa romantis bagiku. Senyum kecil kembali hadir bersamaan dengan datangnya sesosok yang entah dari mana telah duduk di sampingku. Aku tak berusaha untuk mengetahui siapa karena keindahan di depan mata telah mengambil perhatianku.
"Apakah seindah itu?" tanya sosok itu setelah beberapa menit tak kuhiraukan.
"Hmm." Mataku tetap mengarah ke depan.
Tak tahu mengapa aku seperti mengetahui bahwa kini ada seulas senyum kecil dari sosok itu tanpa harus aku berpaling dan menatapnya. Aku tak ingin memikirkannya, biarkanlah.
Kilau oranye keemasan perlahan memudar berganti gelap yang kian detik menjalar hingga akhirnya mendominasi hamparan cakrawala. Sejujurnya aku tak menyukai suasana seperti itu. Aku merasa kepekatan akan mencekikku hingga aku kehabisan napas.
Sebelum itu terjadi, aku harus beranjak pergi menjauh. Namun tiba-tiba sebuah tangan yang begitu hangat menahan pergelangan tanganku. Aku menoleh dan menemukan sepasang mata yang begitu teduh menyorotkan sebuah kerinduan yang begitu dalam. Membuatku seakan tersihir dan tersedot ke dalam sebuah pusaran yang tak kasat mata.
"Bisakah kita berbincang untuk beberapa waktu ke depan?" tanya sosok itu yang terdengar seperti tengah memohon dan berharap untuk aku tetap tinggal.
Entah setan apa yang tengah mengambil alih akal sehatku kini, aku hanya menganggukkan kepalaku dan kemudian kembali duduk di tempat semula tanpa suara.
"Bagaimana kabarmu, Re?" tanyanya setelah memastikan aku sudah duduk dengan baik di sampingnya.
"Ya, seperti yang kamu lihat," jawabku sekenanya.
"Apa kamu mengingat saya?" tanyanya lagi dengan menatapku seakan berharap sesuatu yang pastinya aku sendiri tak tahu apa itu.
Aku menatapnya dan tertegun. Aku kembali merasakan perasaan yang tak asing dan pernah kurasakan entah kapan. Dan tiba-tiba saja air mata kembali bergulir jatuh membuatku menunduk karena rasa malu dan bahagia yang tak aku pahami sama sekali.
"Ssttt ... tenanglah, it's okay sweety. Semuanya akan baik-baik aja, ada saya di sini," tenang sosok itu yang merengkuhku ke dalam pelukannya dan menyandarkan kepalaku tepat di dadanya.
Aku bisa merasakan detaknya yang bertalu-talu seperti detakku. Aku menghirup aroma tubuhnya yang terasa begitu menenangkan dan membuatku nyaman. Entah bagaimana, aku merasakan kerinduan yang terasa amat sangat menyiksa dan membuatku sesak. Hingga tanpa sadar aku mengucapkan kalimat yang aku sendiri tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe You [TAMAT]
RomanceDia muncul dalam mimpiku hari ini. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun. Cara bicara, suara, tindakan, gerak-gerik, dan aromanya. Semua terasa nyata. Tapi sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak bisa mengingat wajahnya. Justru makin lama wajahnya...