Chapter 4

181 120 241
                                    

Kamu tidak akan pernah tahu hal apa yang akan terjadi di kemudian hari. Masing-masing berjalan sendiri dan penuh misteri.

-Amel-

Setelah sehari penuh aku mengistirahatkan tubuhku dengan tidur, akhirnya rasa lelah bercampur pegal akibat perjalanan yang menyita waktu dan tenaga itu berangsur pulih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sehari penuh aku mengistirahatkan tubuhku dengan tidur, akhirnya rasa lelah bercampur pegal akibat perjalanan yang menyita waktu dan tenaga itu berangsur pulih. Aku beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera keluar kamar menemui mama yang saat ini bisa aku pastikan tengah menyiapkan sarapan pagi.

Senyum ceria mama menyambut pagiku kala aku tiba di ruang makan. "Ada yang bisa Amel bantu Ma?" tanyaku saat melihat mama yang masih memasak omelet, makanan favorite-ku.

Mendengar pertanyaanku barusan, mama menoleh dan tersenyum lembut. "Mau minum apa?" tanya mama setelah kembali fokus ke omelet yang terlihat hampir matang itu.

"Jus," jawabku sembari melangkah menuju kulkas, melihat buah apa yang sekiranya menarik minatku untuk aku buat jus.

"Apel, jeruk, mangga ... hmm," pikirku saat melihat berbagai jenis buah yang mendiami kulkas itu. Kepalaku menoleh ke arah mama menimbang buah apa yang harus aku pilih. Dan seperti mengetahu kebiasaanku yang sulit menentukan pilihan itu, mama segera melihat ke arahku dan kembali tersenyum lembut seakan tengah meyakinkan hatiku untuk mengambil keputusan. Yah, mama selalu tahu apa yang aku sukai dan yang terbaik untukku setelah papa tentunya.

Tanganku segera bergerak menuju kotak yang terisi berbagai buah di dalamnya. "Hmm ... apel aja deh!" putusku setelah mengambil dua buah apel yang masih terlihat dalam keadaan segar dan berlalu menuju meja yang diatasnya terdapat mesin yang dapat mempermudahku dalam membuat jus.

Beberapa saat kemudian, aku dan mama telah siap di meja makan untuk sarapan. Masing-masing memakan sepiring omelet dengan potongan kecil sosis yang bertabur di atasnya dan jus apel buatanku. Tidak ada obrolan hanya keterdiaman berlatarkan dentingan garpu dan sendok yang beradu dengan permukaan piring mengisi suasana sarapan pagi ini. Meskipun begitu, aku tetap merindukan hal kecil seperti ini saat aku berada jauh dari rumah.

Tak butuh waktu lama bagi aku dan mama untuk menyelesaikan sarapan pagi. Sebelum mama beranjak dari tempat duduknya, aku dengan sigap membereskan piring dan gelas yang telah kosong itu ke wastafel dan mulai mencucinya.

"Beres, Ma!" seruku setelah mengeringkan kedua tanganku dan melangkah menuju ruang keluarga.

Menghabiskan waktu berdua dengan mama dan ditemani tayangan pagi di tv yang entah sejak kapan menyala membawaku pada kenangan masa lalu dimana masih ada tangan besar dan hangat yang selalu mengusap puncak kepalaku dengan penuh kasih sayang. Lambat laun rasa rindu yang sempat tertelan gumpalan kesibukan kini merayapi dinding hatiku yang perlahan merapuh atau memang sejak awal sudah rapuh. Aku terlalu naif untuk berusaha tegar dan sok kuat saat setengah hatiku dicabut paksa oleh tangan-tangan tak kasat mata.

Believe You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang