Chapter 19

31 19 121
                                    

Tempat pulang yang kamu sebut rumah, bisa berupa ruang atau seseorang. Jika itu ruang, tempatmu berlindung dari riuhnya dunia. Jika itu seseorang, tempatmu percaya bahwa dengannya hidupmu akan baik-baik saja.

-Amel-

Saat ini aku tengah duduk di dalam sebuah kafe ditemani dengan secangkir coklat panas. Sejak tiga puluh menit yang lalu, aku masih setia menunggu kedatangan seseorang yang sebelumnya sudah aku minta untuk datang dengan membaca lembar demi lembar kisahku dengan Regard yang selama ini--telah aku lupakan semenjak sadar dari tidur panjangku--aku abadikan melalui tulisan di buku bersampul merah muda yang ada di tanganku ini. Buku yang telah menjadi saksi kunci ingatan dan juga separuh hidupku yang menghilang.

Sudah mencapai pertengahan buku tapi aku berniat untuk berhenti sejenak dan beralih pada orang yang aku tunggu--Rara yang lima menit lalu telah duduk di hadapanku. Sembari meletakkannya di atas meja, aku menegakkan posisi duduk yang semula bersandar di sandaran kursi dan menatap tepat ke arah kedua matanya. Aku tahu bahwa ia merasa bersalah padaku dari pancaran matanya. Namun, hal itu tak lantas menyurutkan niatku untuk meminta penjelasannya yang sebenarnya aku sendiri menyadari alasan tersebut.

"Jadi ... sebelum aku mulai mengajukan pertanyaan, apa ada yang mau kamu sampaikan terlebih dulu ke aku?" tanyaku memecah keheningan yang terjadi di antara kami.

Untuk beberapa menit, Rara masih tetap bungkam dengan terus menatap kedua mataku sendu.

"Maaf, Mel," lirih Rara tiba-tiba yang dilanjutkan dengan menundukkan kepala, menyembunyikan genangan air matanya.

Aku mendengkus. Mengalihkan tatap dari wajah orang yang selama ini telah aku anggap sebagai sahabat sekaligus saudara yang telah berhasil menyakitiku dengan sangat baik. Sepertinya benar mengenai kalimat yang mengatakan bahwa orang yang mampu menyakitimu dengan begitu dalam bukanlah orang lain, melainkan ia yang berada dekat denganmu dan memiliki kepercayaanmu.

"Sejak kapan?" tanyaku yang mengacuhkan kalimat maaf darinya.

"Ahh, pertanyaanku barusan salah ya. Dari awal kamu pasti udah tahulah kalo aku terbangun dengan kondisi kehilangan sebagian ingatan. Kamu cuma bersikap seolah-olah baru tahu saat aku bertanya setelah keluar dari rumah sakit. Dan yang lebih mengenaskan lagi, ingatan yang hilang itu semuanya berkaitan dengan Regard. Benar kan, Ra?" lanjutku dengan nada yang semakin sinis.

"Kemudian kamu bekerja sama dengan Mama untuk nggak mengungkit apa pun yang berkaitan dengan Regard. Kalian bahkan menyingkirkan semuanya," geramku yang kali ini terasa sesak di bagian dada.

Aku tak berniat untuk kembali mengonsumsi obat yang sebelumnya sering menjadi peringan rasa sesakku. Aku membiarkannya. Berulang kali aku mencoba menarik napas perlahan lalu menghembuskannya. Dan cara itu sedikit berhasil.

"Apa kamu tahu bagaimana aku menjalani hidupku selama ini Ra?" tanyaku dengan memandang wajah Rara, penuh kesakitan.

"Hampa. Tiap detiknya aku selalu merasa ada yang hilang, tapi aku nggak tahu apa. Malam-malamku selalu dihiasi dengan mimpi akan sosok yang nggak aku tahu siapa, tapi aku merasa kalo dia sangat berarti buatku. Membuatku bertanya-tanya siapa gerangan sosok itu? Kenapa aku selalu memimpikannya tiada henti dan berakhir dengan kesakitan di dadaku?"

Air mata mulai membasahi wajah Rara kala mendengar satu per satu kemarahan sekaligus kekecewaanku padanya.

"Sedangkan kamu yang tahu semuanya malah berusaha menyembunyikannya Ra," bisikku yang tidak habis pikir akan segala yang terjadi beberapa waktu terakhir ini.

"Mau sampai kapan kalian menyembunyikan itu dariku, Ra?" tanyaku yang terasa semakin melelahkan.

Baik aku ataupun Rara masing-masing tak bersuara. Entah karena lelah yang teramat sangat atau tidak sanggup. Hanya terlihat air mata yang terus menerus jatuh dengan deras mewakili kata hati Rara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Believe You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang