Apakah benar, bahwa semesta tengah menghukumku dengan cara kehilangan? Akan tetapi, memangnya kesalahan apa yang sudah aku perbuat hingga membuatnya murka sedemian rupa?
-Amel-
Pagi ini aku terbangun dengan kepala yang terasa begitu berat. Tubuhku terasa begitu lemah seperti tidak memiliki tenaga barang secuil. Bahkan untuk membuka mata rasanya aku membutuhkan tenaga yang lebih daripada biasanya. Entah karena ini efek dari pola hidupku yang belakangan ini sangat kacau atau memang aku sedang dalam kondisi yang kurang fit.
Perlahan aku mencoba untuk mendudukkan diri bersandar di bantalan yang sengaja aku tumpuk tinggi. Pening. Satu hal yang saat ini mampu aku rasakan. Jemariku terangkat memijat-mijat pelipis berharap dapat meredakannya barang sejenak.
Mataku kembali membuka meneliti sekitar dan mendapati jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WITA. Aku mengerutkan kening. Sudah siang tapi aku sama sekali tidak mendengar suara mama yang membangunkanku untuk sarapan seperti biasanya.
Setelah mengumpulkan sedikit energi, aku mulai bangkit beranjak keluar kamar menuju ruang makan. Dengan tertatih-tatih dan bantuan dinding sebagai penyangga, aku berjalan menapaki dinginnya lantai rumah yang terasa hening.
Sempat terlintas tanya akan kondisi rumah yang terasa asing ini namun saat aku hendak melewati ruang tamu, aku mendapati jawaban akan pertanyaanku sekaligus sanggup mengguncang kejiwaanku yang sudah porak-poranda menjadi hancur lebur tanpa sisa.
Aku terdiam terpaku. Menyembunyikan diri di balik tembok mendengarkan percakapan serius antara mama dan Rara.
"Gimana keadaan Amel, Tan?" tanya Rara yang berhasil membuat mama menahan napas sekilas dan menggeleng sebagai jawaban.
"Masih mengurung diri di kamar dan selalu menyangkal kenyataan, seperti saat terakhir kali kamu jenguk," jawab mama yang sarat akan kesedihan di telingaku.
"Aku tahu, ini semua terjadi begitu mendadak. Aku sendiri juga nggak nyangka, tapi kalau memang ini udah takdirnya, kita sebagai manusia bisa apa?" lirih Rara membuat mama menoleh singkat ke arahnya dan tersenyum getir.
"Ya, Tante juga sempet nggak percaya waktu Sarah ngasih tahu. Rasanya ini benar-benar sulit buat kita semua," balas mama.
"Tapi sekarang Tante lebih kesulitan lagi buat ngasih tahu Amel mengenai pemakaman Gio," lanjut mama.
"Maksud Tante, pemakaman apa?" tanya Rara yang terkejut akan informasi tersebut begitu pula dengan aku yang nyaris terpekik dan keluar dari tempat persembunyian begitu saja.
"Semalam polisi sudah mengantarkan peti yang berisi jasad Gio setelah diidentifikasi ke rumah duka. Sarah dan keluarga memutuskan memakamkannya hari ini, tepatnya nanti siang. Tante benar-benar bingung gimana caranya ngasih tahu Amel tanpa bikin dia kembali terpuruk," terang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe You [TAMAT]
Roman d'amourDia muncul dalam mimpiku hari ini. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun. Cara bicara, suara, tindakan, gerak-gerik, dan aromanya. Semua terasa nyata. Tapi sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak bisa mengingat wajahnya. Justru makin lama wajahnya...