Chapter 11

121 72 248
                                    

Mengapa kala bahagia menyapa, duka lantas menyerbu lebih cepat?

Sedang aku belum bersiap untuk menyambutnya.

-Amel-

Setelah melewati beberapa jam menunggu operasi Mama selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melewati beberapa jam menunggu operasi Mama selesai. Akhirnya dokter memberi pernyataan yang menjadi angin segar bagiku. Kondisi Mama membaik, hanya saja masih belum sadar karena efek dari obat bius. Thank God.

Aku menggenggam tangan Regard yang dibalas dengan senyum menenangkannya. "Semua baik-baik aja Re," bisiknya.

Meskipun kondisi Mama sudah membaik, dokter menyarankan untuk tetap dirawat hingga satu minggu ke depan untuk memantau perkembangannya. Aku pun mengiyakan. Aku sudah tidak memikirkan hal lain lagi seperti halnya kuliahku karena prioritasku saat ini adalah kesembuhan Mama.

Aku masuk ke dalam ruang rawat. Mama tengah terlelap setelah meminum obat yang diberikan oleh perawat. Regard tadi harus keluar untuk mengurus beberapa pekerjaannya yang sedikit terbengkalai karena mengurusku dan Mama.

Beberapa hari Mama dirawat, keluarga besar Regard bergantian datang menjenguk dan sesekali Tante Sarah membantuku menjaga Mama. Pernah saat aku tidak sengaja memanggilnya dengan sebutan Tante, beliau merajuk.

Sejak pertunanganku dengan Regard hari itu, Tante Sarah sudah mewanti-wanti aku untuk memanggilnya Bunda begitu juga dengan Om Anton yang minta dipanggil dengan sebutan Ayah. Aku tidak bisa berkutik saat itu sehingga aku hanya menggangguk kaku mengiyakan permintaan mereka. Dosa kan kalau aku menolak, apalagi ini permintaan calon mertua.

Waktu terus berlalu tanpa ada yang menyadari. Hari terus berganti begitu pula dengan hidup. Pagi ini, dokter memberitahukan bahwa Mama sudah boleh keluar rumah sakit setelah satu minggu lebih dirawat, dengan syarat tidak boleh banyak beraktifitas dan tidak boleh banyak pikiran serta harus teratur meminum obat yang sudah diresepkan oleh dokter.

Aku dan Mama pulang ke rumah dengan diantar oleh Regard. Selama perjalanan, Mama banyak bertanya kepada Regard soal hubungan kami dan kesehariannya selama ini.

Melihat interaksi mereka, ternyata menciptakan kehangatan tersendiri di dadaku. Aliran kehangatan yang terasa menyenangkan. Membuatku terus tersenyum selama sisa perjalan ke rumah meskipun aku sama sekali tidak diajak masuk ke dalam pembicaraan. It's okay.

"Makasih ya, Gio. Mama masuk dulu," pamit Mama yang entah kenapa terburu-buru turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah membuatku sedikit khawatir.

Aku yang ditinggal berdua dengan Regard hanya menghela napas pelan.

"Mau masuk?" tanyaku.

Regard menggeleng.

Kini kesunyian menjadi pihak ketiga diantara kami yang masih setia duduk di dalam mobil.

Believe You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang